Isu Dalam Konseling Karier
Masalah-masalah Pengambilan Keputusan
Membangkitkan kesadaran diri melalui konseling karier sanggup mempersembahkan konstribusi pada terbangunnya self-esteem. Banyak orang sampaumur yang hadir untuk konseling karier, tidak mempunyai konsep diri yang jelas. Sering kali mencari menolongan dalam mengakses talenta dan kemampuan mereka semoga lebih siap untuk membuat keputusan ihwal arah karier yang harus dituju. Datang dalam keadaan tidak menyukai dirinya menyerupai apa adanya. Mereka percaya bahwa mereka mengenal dirinya sendiri, tetapi mempunyai self-esteem yang rendah dan perlu menolongan untuk menaikkannya.
Rational-emotive therapy mempunyai beberapa kerangka kerja yang mempunyai kegunaan untuk ditawarkan ketika mengkaji masalah-masalah pengambilan keputusan karier. Terapi terserius-solusi jangka-pendek memperlihatkan beberapa alat yang tepat untuk memmenolong pengambilan keputusan klien. Salah satunya “scaling”. Pendekatan ini mempunyai sejumlah poin kunci :
1. Memungkinkan klien untuk memilih posisinya pada skala.
2. Memseriuskan pada sumber daya dan kekuatan yang sudah ada, bukan kelemahan dan belum sempurnanya.
3. Bergerak dari umum ke spesifik
4. Memdiberikan otonomi kepada individu untuk tetapkan langkah-langkah kecil ke arah mencapai visi masa depan yang diputuskan oleh klien.
5. Mendefinisikan kesuksessan menurut perbedaan-perbedaan yang sanggup diobservasi, contohnya perilaku.
Masalah-masalah pengambilan keputusan yang mungkin terungkap selama konseling karier:
1. Tekanan dari pihak ketiga
2. Konflik antara dua potongan yang tidak sama dari diri sendiri, contohnya antara self yang kreatif dan self yang konvensional.
3. Takut mengambil resiko
4. Tidak mau bertanggung tanggapan untuk mengambil keputusan.
5. Konflik antara kebutuhan karier dan kebutuhan personal.
6. Takut sukses dan sekaligus dibarengi takut gagal, yang menjadikan kelumpuhan.
Implikasi Bagi Konselor Karier
Sebagian besar klien yang mengalami persoalan dalam membuat keputusan dan kelemahannya sanggup dimenolong melalui tes asesmen-diri dan penerapan tes-tes psikomotorik dan kuesioner-kuesioner. Sering kali, spesialuntuk dengan mengidentifikasi, mengakui, dan mendiskusikan sebuah ilham yang irasional atau sebuah konflik yang mendasari dan dengan demikian menjadi sadar ihwal itu, klien akan bisa hingga pada sebuah resolusi. Konflik-konflik yang mendasari sanggup dibawa ke permukaanndan dieksplorasi secara lebih mendalam.
Gaya pengambilan keputusan individu bervariasi, di mana sebagian klien lebih menyukai pendekatan logis dan sistematis dan yang lain mengadopsi gaya yang lebih intuitif. Pola ketidakmampuan kronis untuk tetapkan yang memanifestasikan diri bukan spesialuntuk di arena keputusan kronis, tetapi juga di sepanjang kehidupan klien memerlukan acuan untuk konseling personal.
Masalah Dalam Mengimplementasikan Keputusan
Di ketika resesi lebih banyak orang akan mengalami persoalan dalam mengimplementasikan keputusan karier.
Kendala eksternal ialah faktor-faktor yang sama sekali di luar kendali individu, sedangkan hambatan internal mencakup beberapa aspek faktor-faktor di dalam kepribadian seorang individu, perasaan atau keyakinan yang bertindak sebagai penghalang bagi perkembangan kariernya. Yang paling lazim, ketikamenangani klien, konselor karier akan menemui sebuah interrelationship diantara kedua kelompok faktor tersebut.
Masalah-masalah lain dalam mengimplementasikan sebuah keputusan karier yang mungkin dijumpai termasuk:
1. Aspirasi karier yang tidak realistis
2. Perasaan rentan akhir pengalaman penolakan sebelumnya, yang membuat orang tidak mau mengambil resiko ditolak lagi.
3. Presentasi-diri yang tidak efektif, yang biasanya berkaitan dengan self-esteem yang jelek dan / atau kurangnya keterampilan komunikasi verbal / tertulis.
4. Diskriminasi (sadar atau tanpa sadar) di pasar tenaga kerja menurut umur, gender, ras, disabilitas, atau kelas sosial.
5. Kurangnya sumber daya finansial untuk memburu petes yang tepat-guna
6. Intervensi terhadap kesusahan eksklusif dalam bentuk, misalnya, kecelakaan, sakit, atau berkabung.
7. “career ceiling” (batas tertinggi yang sanggup dicapai dalam karier) sudah dicapai;Hal ini cenderung lazim di usia paruh baya, di mana peluang untuk kemajuan di dalam bidang karier tertentu menjadi lebih terbatas; dan
8. Keinginan yang tidak realistis untuk menemukan “solusi” yang cepat dan tepat-sakit; orang-orang mungkin memerlukan santunan untuk mendapatkan bahwa perlu waktu dan perjuangan untuk membuat perubahan terjadi.
Implikasi Bagi Konselor Karier
Masalah dalam mengimplementasikan sebuah keputusan karier sering kali timbul pada orang-orang dari kelompok “minoritas”.
Implikasi mudah dan emosional dari kemalangan eksklusif mungkin perlu ditanggulangi sebelum individu bisa mengimplementasikan sebuah rencana karier, dan acuan untuk konseling personal mungkin tepat-guna untuk-nya.
Kadang-kadang klien yang mengalami penolakan secara tanpa sadar “mensabotase” diri-nya sendiri alasannya mereka ambivalen ihwal pilihan kariernya, mungkin alasannya “plihan” kariernya tidak pernah benar-benar ialah pilihannya sendiri.
Masalah-masalah yang Timbul Akibat Perubahan di dalam Organisasi
Jenis-jenis perubahan di dalam sebuah organisasi yang bisa mengakibatkan orang hadir ke konseling karier (atau dirujuk oleh employernya) termasuk:
1. Kebutuhan untuk melamar pekerjaan yang sebelumnya pernah dipegang di potongan yang direstrukturisasi.
2. Perubahan di dalam sifat pekerjaan.
3. Perubahan teknologi.
4. Perampingan yang menjadikan meningkatnya tekanan pada sumber daya dan sasaran kinerja yang lebih banyak menuntut.
5. Perubahan bos.
6. Perubahan pada nilai-nilai organisasi.
7. Likuidasi sebuah bisnis kecil.
8. Reorganisasi, yang menjadikan kehilangan pekerjaan atau redundansi.
Redundansi
Redundancy sering kali dibalut dalam frasa-frasa eufamistik menyerupai “Perusahaan harus melaksanakan perampingan”.
Sebagian orang akan benar-benar menyampaikan kepada konselor karier, “Saya sudah kehilangan pekerjaan” dan merasa tidak dibutuhkan. Kenyataannya ialah bahwa biasanya pekerjaannya, bukan individunya, yang dibentuk redundant (surplus).
Proses perpindahan dari sebuah situasi kehidupan ke situasi kehidupan lain melibatkan mendapatkan kehilangan, dan perasaan sedih intens yang dialami setelah redudancy bisa serupa dengan yang dirasakan oleh mereka yang merasa kehilangan alasannya ditinggal mati. Derajat kesakitan yang dirasakan akan bergantung pada banyak faktor individual, tetapi mungkin lamanya waktu bersama employer, ekspektasi dipekerjakan lagi, pengalaman kehilangan sebelumnya yang tidak teratasi, dan ketersediaan santunan finansial dan emosional ialah faktor-faktor kunci.
Implikasi Bagi Konselor Karier
Jika klien mau mengakui perasaannya, tekanan awal mungkin dibebankan pada konselor karier untuk mempersembahkan solusi yang mempersembahkan pekerjaan terbaik yang paling cocok untuknya dan untuk mempersembahkan petes di bidang metode-metode job-hunting.
Jika konseling karier mengalami jenis perubahan apa pun, akan memmenolong untuk mempunyai pemahaman ihwal proses transisi.
Syok pengingkaran : Tidak bisa percaya bahwa hal itu terjadi.
Euforia : menuntaskan diri dengan sebaik-baiknya, dan
meminimalkan realitas perubahannya.
Merana : berharap bahwa pekerjaannya akan kembali-ekspektasi
yang tidak realistis bahwa pekerjaan diberikutnya akan persis sama dengan pekerjaan sebelum nya yang pernah di jalani.
Marah : Menyalah kan seseorang
Merasa bersalah : Menyalah kan diri sendiri
Apati : Perasaan tidak berdaya dan frustasi ketika realitas nya
terserap ke dalam pikiran.
Penerimaan : Melepaskan yang sudah lewat dan timbul nya
optimisme baru.
Masa depan berlanjut : Energi positif untuk bergerak maju
Akan memmenolong bagi konselor karir untuk mempunyai pemahaman bahwa kehilangan pekerjaan biasa berarti lebih dari sekedar kehilangan penghasilan dan sejumlah tugas, meski pun ini tentunya juga penting. “Kehilangan-kehilangan” lainnya termasuk self-esteem, pelepasan sosial dan struktur hari.
Masalah-masalah Terhadap Kinerja
Ada dua cara membuktikan masalah-masalah terkait kinerja. Pertama, individu mungkin melihat dirinya sudah gagal, atau pada posisi dimana dirinya segera gagal. Kedua, organisasi yang memperkerjakan mungkin sudah tetapkan bahwa seorang individu menurut persyaratan-persyaratannya, sudah gagal. Keduanya bisa saling tumpang tindih, tetapi bisa juga tidak.
Hilangnya motivasi dan efektivitas yang mungkin timbul alasannya orang itu sudah mencapai “career plateau” (dataran tinggi karet), mungkin melalui tidak adanya peluang untuk memajukan karier disaat memersepsi kegagalan, selama bertahun-tahun aneka macam perasaan mungkin sudah terpendam sebelum keluar ke permukaan. Seperti halnya redundancy, “kesadaran tiba-tiba” itu bisa dialami sebagai syok”. “Aku sebelumnya tidak pernah gagal atau mendapatkan asesmen buruk/ditolak”.
Implikasi Bagi Konselor Karier
Seperti di dalam kasus redundancy, perasaan klien perlu diakui dan ditangani hingga tingkat tertentu, paling tidak sebelum dimungkinkan untuk tetapkan sifat permasalahannya, mungkin melibatkan:
1. Mismatch (ketidakcocokan) antara kapabilitas seseorang dan tuntutan pekerjaan ketika ini.
2. Jalur promosi seseorang terghalangi di sebuah organisasi besar akhir “glass celling”, perampingan peluang promosi yang tersedia, atau kekerabatan jelek dengan seseorang manajer yang signifikan.
3. Kemunduran keterampilan alasannya gagal menyamai kecepatan tuntutan pekerjaan ketika ini.
4. Tidak adanya ketertarikan riil dengan pekerjaan itu sendiri, sehingga kurang banyak mengajukan lamaran dan kinerja jelek yang diakibatkannya.
Bilamana standar kinerja klien bermasalah, mungkin bermanfaa untuk mempersembahkan latiahan “umpan balik 360 derajat”, untuk mendapatkan asesmen yang relatif adil ihwal kekuatan, kelemahan dan kebutuhan pengembangan untuk pekerjaan tersebut.
Masalah Hubungan
Jenis-jenis persoalan kekerabatan yang dibawa ke konseling karier termasuk:
1. Seseorang yang mempunyai kekerabatan kerja, atau sejumlah hubungan, yang terus menerus abrasif.
2. Seorang manajer yang merasa susah memotivasi staf.
3. Seseorang di pertengahan karier yang spesialuntuk bisa majau dengan mengambil tanggung tanggapan manajerial, namun tidak mempunyai pengalaman dan spesialuntuk mempunyai sedikit rasa percaya diri untuk melakukannya.
4. Seorang kariawan yang merasa susah mendapatkan otoritas manajer tertentu.
5. Seseorang yang merasa susah untuk bekerjasama secara efektif dengan seseorang yang mempunyai otoritas.
6. Seseorang yang mempunyai self-esteem rendah yang susah untuk mendapatkan Koreksi.
7. Seorang bawahan yang kecewa dengan atasan alasannya kurang menerima bimbingan.
8. Seseorang yang mengalami perasaan bersaing luar biasa besar lengan berkuasa dengan kawan-kawan sejawatnya yang mungkin diekspresikan melalui pernyataan-pernyataan yang merendahkan orang lain di dalam rapat-rapat.
Implikasi Bagi Konselor Karier
Hasil-hasil positif juga sanggup dicapai melalui coaching terserius solusi atau terapi (o’connel, 1998).
Penggunaan kuisioner kepribadian dan kuisioner-kuisioner lain yang berkaitan dengan gaya personal sanggup memmenolong klien untuk mengidentifikasi dan “merasa memiliki” ciri sifat dan gaya khususnya.
Coaching keterampilan-keterampilan menyerupai keterampilan asertivitas dan keterampilan menghadapi rapat melalui tes dan praktek, sanggup dimungkinkan di dalam kontrak konseling karier, atau sebuah kontak coaching baru.
Ada gunanya bagi konselor karier untuk memahami beberapa informasi yang berkaitan dengan kekerabatan di daerah kerja, khususnya bagaimana orang-orang mengkreasikan ulang kekerabatan mereka dengan orangtua atau figur-figur signifikan lain ketika bekerjasama dengan orang-orang di daerah kerja.
Ekspresi dan Represi Kreativitas
“Etika kerja protestan” sangat kuat, dan banyak orang melihat pekerjaan sebagai urusan yang sangat fokus, tidak kompatibel dengan elemen “fun” yang ada di dalam kreativitas .
Implikasi Bagi Konselor Karier
Klien-klien yang bagi konselor karier tampak merasa bosan, membosankan, kelabu dan datar mungkin mengalami represi kreativitas, potongan dari dirinya yang merepresentasikan vitalitas dan energi.
Penggunaan kuisioner kepribadian dan tes asesmen diri bisa mempunyai kegunaan dalam menyoroti kebutuhan klien untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Data yang dihasilkan dari tes semacam itu sanggup memdiberi rasa percaya diri kepada klien untuk “mempergunakannya”.
Daftar Pustaka
Robert Nathan, Hill Linda. Konseling Karier. 2012. Pustaka Pelajar. Celebahan Timur.
Sumber http://irwansahaja.blogspot.co.id