Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Ragam Bahasa Tulis Dan Bahasa Lisan


Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) ditetapkan ada dua perbedaan yang mencolok mata yang sanggup diamati antara ragam bahas tulis dengan ragam bahasa lisan, yaitu berafiliasi dengan: (1) suasana peristiwanya, dan (2) dari segi intonasi.

a. Dari segi suasana peristiwa
Jika memakai bahasa goresan pena tentu saja orang yang diajak berbahasa tidak ada dihadapan kita. Olehnya itu, bahasa yang dipakai perlu lebih jelas, lantaran ujaran kita tidak sanggup disertai dengan isyarat, pandangan, atau anggukan, tanda penegasan di pihak kita atau pemahaman di pihak pendengar kita. Itulah sebabnya kalimat dalam ragam tulis harus lebih cermat. Fungsi gramatikal, menyerupai subjek, predikat, objek, dan kekerabatan antara setiap fungsi itu harus konkret dan erat. Sedangkan dalam bahasa lisan, lantaran pembicara berhadapan eksklusif dengan pendengar, unsur (subjek-predikat-objek) kadangkala sanggup diabaikan. Maka, jikalau ingin menjadi orang yang cermat dalam berbahasa perlu menyadari bahwa kalimat yang Anda tulis berlainan dengan kalimat yang Anda ujarkan lantaran bahasa tulis sanggup dikaji dan dibaca oleh pembaca secara berulang-ulang.

Oleh lantaran itu, dalam menulis, kalimat harus lebih lengkap, ringkas, jelas, dan elok. Jika diperlukan, goresan pena perlu disunting beberapa kali biar sanggup dihasilkan goresan pena yang betul-betul komunikatif bagi pembaca.

b. Dari segi intonasi
Yang membedakan bahasa verbal dan goresan pena yakni berkaitan dengan intonasi (panjang-pendek suara/tempo, tinggi-rendah suara/nada, keras-lembut suara/tekanan) yang susah dilambangkan dalam ejaan dan tanda baca, serta tata tulis yang dimiliki. Jadi, kadangkala bahasa goresan pena perlu dirumuskan kembali jikalau ingin memberikan perasaan yang sama lengkapnya dengan ungkapan perasaan dalam bahasa lisan. Walaupun ragam bahasa tulis lebih rumit namun demikian ragam ini memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki bahasa verbal menyerupai dimungkinkannya dipakai abjad kapital, abjad miring, dan tanda kutip, paragraf atau gejala baca lainnya.
Goeller (1980) mengemukakan bahwa ada tiga krakteristik bahasa tulisan
yaitu acuracy, brevety, claryty (ABC).

(a) Acuracy (akurat) yakni segala informasi atau gagasan yang dituliskan sanggup memdiberi akidah bagi pembaca bahwa hal tersebut masuk nalar atau logis.
(b) Brevety (ringkas) yang berarti gagasan tertulis yang disampaikan bersifat singkat lantaran tidak memakai kata yang mubazir dan berulang, seluruh kata yang dipakai dalam kalimat ada fungsinya.
(c) Claryty (jelas) yakni goresan pena itu praktis dipahami, alur pikirannya praktis diikuti oleh pembaca. Tidak menyebabkan salah tafsir bagi pembaca.

Sumber http://irwansahaja.blogspot.co.id