Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Pendidikan Wacana Ancaman Seks Bebas


Masa cukup umur yaitu suatu tahap dalam perkembangan di mana seseorang mengalami perubahan-perubahan yang dramatis dari aseksual menjadi seksual. Perubahan-perubahan tersebut terutama ditandai oleh perkembangan karakteristik seks primer dan seks sekunder. Perkembangan karakteristik seksual kemudian menyebabkan perkembangan sikap seks menyerupai tertarik pada lawan jenis dan cita-cita untuk melaksanakan korelasi seks. Perilaku seks pada cukup umur sanggup mengarah pada dilema yang fokus kalau sikap tersebut diekspresikan secara tidak sehat atau tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Perilaku seks yang tidak sehat pada cukup umur merugikan cukup umur yang bersangkutan paling tidak didasarkan pada tiga pertimbangan.

Pertama, cukup umur yang mempunyai sikap seks yang tidak sehat beresiko besar untuk gagal dalam pendidikan sekolah. Perilaku seks menyerupai pacaran tidak menyebabkan cukup umur mengabaikan waktunya untuk belajar. misal kejadian diantaranya yaitu tertangkapnya beberapa pelajar remaja, dengan menggunakan seragam sekolah, bersama pasangannya pada ketika dilakukan razia pada jam sekolah di tempat-tempat rekreasi. Di samping banyak waktu untuk berguru yang hilang, gangguan dalam serius dalam berguru juga sanggup terjadi.

Kedua, cukup umur yang mempunyai sikap seks yang tidak sehat beresiko mendapat sorotan tajam, cemoohan, bahkan hukuman lebih keras dari masyarakat. Jika hal ini hingga terjadi, gambaran jelek akan menempel pada cukup umur yang bersangkutan dan tentu manjadi kendala dalam pembiasaan sosialnya.

Ketiga, cukup umur yang mempunyai sikap seks yang tidak sehat beresiko untuk mengalami kehamilan. Kehamilan yang tidak dibutuhkan tentu merugikan kedua belah pihak baik pihak pria dan terutama pihak perempuan. Menurut Institut Alan Guttmacher (2003) kira-kira 60% cukup umur di dunia mengalami kehamilan yang tidak diharapkan. Sementara itu Billingham (1992) menyatakan “Pregnancy is the single most common cause of school dropout among girls; nearly 70% students fail to complete hing school”.

Keempat, cukup umur yang mempunyai sikap seks yang tidak sehat beresiko tinggi terinfeksi penyakit menular seksual. Gonorrhea, salah satu penyakit kelabuin yang menular lewat korelasi seks. Remaja akan tertular gonorrhea, kalau dirinya bekerjasama seks dengan seseorang yang sudah terinfeksi penyakit ini. HIV (human immunodeficiency virus), yang dikenal sebagai virus yang mematikan, alasannya yaitu hingga ketika ini belum ditemuan obat untuk membasminya, menular antara lain juga melalui korelasi seks. 

Oleh alasannya yaitu itu korelasi seks dengan sembarang orang, terutama PSK beresiko tinggi untuk terinfeksi HIV/AIDS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hingga 60% dari mereka yang terinfeksi virus HIV yaitu mereka yang berusia 20 tahun ke bawah (Alan Guttmacher Institut, 2003).

Gambaran ihwal sikap seks yang beresiko tinggi juga terjadi di Indonesia sebagaimana dipaparkan oleh Made Putri Ayu Rasmini (2008) diberikut ini. Pada bulan April 2007 Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Denpasar bekerjasama

dengan Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba (KSPAN) Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Denpasar dan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, mengadakan penelitian ihwal sikap seks cukup umur sekolah di Denpasar. Dari responden yang jumlahnya 766, terdapat 526 cukup umur yang menyatakan sudah berperilaku

seks menyerupai berpelukan, 458 responden sudah berciuman bibir, 202 responden sudah pernah mencium leher (necking), disusul 138 responden sudah menggesek-gesekkan alat kelabuin tanpa bekerjasama seks (petting), 103 responden sudah pernah korelasi seksual, dan 159 menyatakan acara seksual lain selain yang disebutkan tadi. Aktivitas seksual tersebut sanggup dilakukan bersama kawan, pacar, seseorang atau beberapa orang tanpa status yang jelas, bahkan dengan pekerja seks komersil (PSK). Dalam penelitian tersebut ditemukan fakta bahwa dari 766 responden ternyata 103 orang pernah melaksanakan korelasi seksual dan bahkan 49 orang di antaranya melaksanakan korelasi seksual dengan PSK (Made Putri Ayu

Rasmini, 2008). Bahwa Bahwa sikap seks yang tidak sehat mengancam masa depan, kesehatan, dan keselamatan cukup umur juga dipaparkan oleh Made Putri Ayu Rasmini. Dalam konteks ini Rasmni menyatakan: ”Jika ketika ini cukup umur tersebut berusia 16 atau 17 tahun mereka melakukannya tanpa kondom, sanggup jadi mereka akan tertular nanah menular seksual (IMS) atau parahnya human immunodeficiency virus (HIV), virus penyebab acquired immune deficiency syndrome (AIDS), maka dengan masa inkubasi sekitar 5-10 tahun sanggup diprediksikan mereka gres tertangkap berair tahu mengidap HIV kira-kira di usia 22 atau 27 tahun ketika mulai memasuki fase AIDS, padahal ini usia yang sangat produktif.” Resiko cukup umur terinfeksi virus HIV sangat besar kalau mereka bekerjasama seks dengan PSK. Menurut Prof. Wimpie P. di Denpasar, per November 2007, 441 perempuan dari 4.041 orang dengan HIV/AIDS. Dari 441 perempuan penderita HIV/AIDS ini terdiri dari pemakai narkoba suntik 33 orang, dan 120 pekerja seksual.

B. Pendidikan Tentang Bahaya Seks Bebas

Berdasarkan uraian di atas sanggup disimpulkan bahwa sikap seks bebas dan tidak sehat pada cukup umur merugikan masa depan dan kesehatan, bahkan keselamatan mereka. Oleh alasannya yaitu itu sikap ini harus dicegah. Berdasarkan pendapat para hebat menyerupai Singgih D. Gunarso, Sarwono, dan Forest, serta hasil penelitian, diantaranya penelitian ihwal korelasi pendidikan seks semenjak dini dengan sikap seks pada cukup umur di Sekolah Menengan Atas Tunas Harapan Bandar Lampung tahun 2007, pendidikan seks ialah pilihan yang sempurna untuk mencegah fenomena tersebut. Sebagai upaya pencegahan, pendidikan seks harus sudah didiberikan kepada individu sebelum menginjak remaja. Untuk mencapai tujuan pendidikan seks secara benar, beberapa aspek ihwal pendidikan seks harus dipertimbangkan secara matang. 

  • Pertama, apakah pendidikan ihwal ancaman seks bebas itu? 
  • Kedua, apakah tujuan dari pendidikan ihwal ancaman seks bebas ?
  • Ketiga, mulai kapan sebaiknya pendidikan ihwal ancaman seks bebas  didiberikan? 
  • Keempat, bagaimana sebaiknya pendidikan ihwal ancaman seks bebas  didiberikan, 
  • Kelima, materi apa saja yang sebaiknya atau seharusnya didiberikan dalam pendidikan ihwal ancaman seks bebas ? 
  • Keenam, siapa yang seharusnya mempersembahkan pendidikan ihwal ancaman seks bebas ?

Referensi

Allan Guttmacher Institute. (2003) “Sexual and Reproductive Health Education and Services for Adolescents” http://www.gutmacher.edu.

Billigham, Khaterine. (1992) Developmental Psychology for the Health Care Profession: PartI-Prenatal Through Adolescents Development. Colorado: Westview Press.

Forest, Simon. (2006) “Sex Education that Works” http://www.evert.or/ educate.html.

Ramini, Made Putra Ayu. (2008) “Menguak Perilaku Seks Remaja Denpasar” http://www.balebengong.net/

Setiawa, Agoes. (2008) “Hubungan Pendidikan Seks Sejak Dini dengan Perilaku Seksual pada Remaja di Sekolah Menengan Atas Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun 2007” http://www.one.indoskripsi.com

YehBa Forums. (2008) ‘Dampak Perilaku Seks Bebas bagi Kesehatan Remaja” http://www.yehba.com/forums.

Sumber http://irwansahaja.blogspot.co.id