Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Pesan Yang Belum Hingga (Cerpen)

CERAHNYA pagi itu berbalik belakang dengan keadaan yang dialami Haru. Kondisi tubuh Haru yang tampak lemah serta sakit yang kian memburuk seakan mengisi hari-harinya yang suram alasannya ialah serangan virus Tifus yang bercokol.

MEMASUKI ketiga bulan terakhir ini, keadaan yang lemah dan kurang berteman bersahabat kembali menerpa Haru. Hari-harinya diisi dengan banyak istirahat dan pulas. Keadaan ini alasannya ialah penyakit usang yang diidap Haru kambuh kembali. Bercokolnya Virus tifus membuat aktifitasnya spesialuntuk seputar makan (yang sekarang spesialuntuk setengah dari porsi biasanya), ke Kampus sebentar, serta minum obat, pulas yang lebih usang dari hari biasanya. Banyak rencana tidak sanggup terlaksana, yang kadang menambah kepalanya jadi pusing. 

Tugas kuliah yang tidak kelar-kelar dan kunjung bertambah. Keinginan untuk bersua dengan kawan-kawan serumah dengannya, yang sekarang sudah jarang lagi mereka lakukan. Belum lagi jikalau mengingat orang renta serta kedua adiknya dikampung, seakan menambah kerinduannya untuk selalu bersama mereka dalam mengisi hari-hari yang tersisa.
Sesudah vonis dokter menghampiri dua hari yang lalu, sebuah tanda keputusasaan dan rasa was-was selalu menerpa hati dan pikiran Haru yang tertuang kecemasan yang selalu menyelimuti wajahnya, dan sekarang spesialuntuk terbayang ‘pintu lebar’ menganga jelas di depannya. Namun dengan kekuatan yang tersisa, walau tubuh dan mata terasa gerah, ditambah lagi dengan tenggorokan yang kering serta isi perut yang tampaknya tidak sanggup diajak kompromi. Haru mulai merasa tubuhnya terasa tidak karuan dan memutuskan untuk membatalkan keikutsertaannya dengan mengabari seorang mitra yang sebelumnya
Haru sudah berjanji bahwa kemungkinan besar Ia sanggup bergabung bersama dalam suatu kunjungan liburan ke tempat pedalaman bersama, dengan spesialuntuk istirahat yang dilakukan Haru dua hari penuh ini. Temannya sanggup memaklumi keadaan Haru itu. Akan tetapi ada seseorang yang cukup menjengkelkan yang mencoba menguji kesabarannya dengan menyampaikan Haru lemah dengan penyakit yang tidak seberapa. Ditambah lagi perlakuan yang kadang tidak sangat bahagia, alasannya ialah Haru sendiri sangat tidak menyukai hal-hal yang berbau selenehan dihari-harinya itu. Haru tahu awalnya beliau bercanda, akan tetapi tetap saja hal tersebut cukup menciptakannya risih alasannya ialah Haru sangat ingin ikut dengan mereka. melaluiataubersamaini berharap untuk sanggup sedikit membuat hatinya senang dan mensyukuri sisa hidupnya. Itu ialah peluang terakhir yang belum terlaksana, sehabis keikutsetaan Haru dalam aktivitas kampus bersama kawan-kawan sejurusan mengadakan aktivitas kampus. Haru berusaha untuk ikut walau penyakit terus bermasukang di tubuhnya. Saat itu Haru ikut saja, dengan mengendarai Supra hitam yang kebetulan dititipkan sang ayah kepada Haru. Itu yang terjadi di bulan keempat hari kelabu Haru, di bulan diberikutnya masih tetap kelabu. Ternyata penyakit yang diderita kian memperburuk kondisi tubuh Haru. Namun Haru justru aib jikalau harus menyebarkan kisah dengan orang lain akan keadaannya. Haru spesialuntuk berfikir, cukuplah beliau saja yang mengetahui, tak perlu orang lain. Lagipun kalaupun orang lain tahu, bakalan menambah beban orang tersebut untuk memikirkan dan bersimpati kepadanya.

                                                                        ***

15 Juni (2 bulan sesudahnya), keadaan Haru semakin parah. Haru sengaja tidak mau sering-sering ke Markas, tempat kawan-kawan seorganisasinya ngumpul. Ini alasannya ialah kekhawatiran Haru terhadap kawan-kawannya mengetahui penyakitnya yang sudah semakin kritis. Otomatis ia spesialuntuk tinggal di rumah kontrakannya yang sepi. Teman-kawan serumah dengannya usang laun mulai curiga dengan kondisi Haru yang semakin buruk. Dan mencoba menanyakan keadaan haru sebenarnya. Namun jawabanan yang tidak memuaskan yang selalu didiberikan. Semula kawan-kawan serumah sanggup memahami, namun semakin hari semakin mencurigakan. Dan salah seorang mitra serumahnya belakang layar mencari tahu yang terjadi pada Haru. Alhasil banyak obat-obatan yang mendukung untuk menyimpulkan bahwa keadaan Haru sudah parah, dan belakang layar mitra serumah Haru berembug dengan yang lain untuk mencari tahu yang terjadi pada Haru, serta mempersembahkan kabar kepada orangtua Haru di Desa tentang Haru.
Terbukti dua ahad diberikutnya, Haru tidak keluar dari kamarnya, dan tiada bunyi lagi yang terdengar dari kamar itu. Kamar yang terkunci dari dalam membuat Ade, salah seorang mitra sekontrakan menjadi curiga, apa yang bergotong-royong yang sudah terjadi hari itu. Sesudah puas memanggil dari luar kamar, Ade kemudian mendobrak pintu kamar, dengan kesepakatan kawan-kawan lain tentunya. Ternyata Haru sudah pergi, dengan sebuah kertas obat-obat/ resep dokter tentang Tifus yang terlanjur parah dideritanya. Belum sempat kabar yang hendak dikirimkan Ade bersama kawankawannya ke kampung halaman Haru. Namun Haru harus pergi terlebih lampau dengan dikawani virus Tifus yang bermasukang pada tubuh Haru. Virus yang sekarang sudah dengan setia menemani dalam mengahiri hidup Haru dan membawanya ke ruang lain yang jelas namun sepi. Ada satu lagi yang tersisa dan sanggup terbaca dari hp Nokia yang ada disamping jasad Haru yang belum sempat terkirim kepada orang tuanya di kampung, “Ayah, ibu serta adikadikku, maafkan atas dosaku, tolong ikhlaskan tiruana yang sudah engkau diberikan kepadaku.”[].
* pandan_putih ’02. (Iskandar/ Mimbar Untan)

Sumber http://irwansahaja.blogspot.co.id