Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Contoh Analisis Jurnal Ilmah

Analisis Jurnal Ilmah
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad melaluiataubersamaini Metode Eksperimen Pada Materi Getaran Dan Gelombang Kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama N 1 Bangsal Mojokerto ”
Nama Peneliti : Septina
Universitas : UNESA( Universitas Negeri Surabaya)
Fakultas : pendidikan Fisika

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jurnal yang dianalisis berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD melaluiataubersamaini Metode Eksperimen Pada Materi Getaran Dan Gelombang Kelas VIII di SMPN 1 Bangsal Mojokerto ”. Model kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) ini ialah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dimana siswa ditempat dalam team berguru beranggotakan 4 orang yang ialah adonan berdasarkan tingkat kinerjanya, jenis kelabuin, dan suku. (http: // tulisansingkatimal @blogspot.com).

Sehingga di dalam pemilihan STAD cocok untuk mengajarkan tujuan-tujuan yang terdefinisikan dengan terang menyerupai konsep-konsep sains dan juga inspirasi utama dibalik STAD yaitu untuk memotivasi siswa saling memdiberi semangat dan memmenolong dalam merampungkan keterampilan-keterampilan yang diperesentasikan guru. Dan juga metode eksperimen yaitu suatu cara mengajar, di mana siswa melaksanakan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievalusi oleh guru.

Tercapainya skor lebih dari 3 pada tiap pertemuan yang termasuk dalam kategori baik pada aspek penilaian, mengidentifikasikan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen, replikasi, dan juga kelas kontrol mulai dari tahap penlampauan, kegatan inti, dan epilog dengan proses berguru mengajar yang terjadi di kelas sudah berlangsung dengan baik. Hal ini lantaran perangkat pembelajaran yang diterapkan peneliti sudah sesuai dengan terealisasi dengan baik pada setiap pertemuan. (jurnal halaman 5).

Berdasarkan uraian di atas nampak bahwa penerapan model pembelajran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen berpotensi meningkatkan hasil berguru siswa. Kesimpulannya yaitu Judul dan isi ( hasil dan pembahasan) sudah tersinkronisasi dengan baik atau sudah saling berhubungan. Model kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) ini ialah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dimana siswa ditempat dalam team berguru beranggotakan 4 orang yang ialah adonan berdasarkan tingkat kinerjanya, jenis kelabuin, dan suku. (http: // tulisansingkatimal @blogspot.com).

Sehingga di dalam pemilihan STAD cocok untuk mengajarkan tujuan-tujuan yang terdefinisikan dengan terang menyerupai konsep-konsep sains dan juga inspirasi utama dibalik STAD yaitu untuk memotivasi siswa saling memdiberi semangat dan memmenolong dalam merampungkan keterampilan-keterampilan yang diperesentasikan guru. Dan juga metode eksperimen yaitu suatu cara mengajar, di mana siswa melaksanakan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievalusi oleh guru.

Tercapainya skor lebih dari 3 pada tiap pertemuan yang termasuk dalam kategori baik pada aspek penilaian, mengidentifikasikan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen, replikasi, dan juga kelas kontrol mulai dari tahap penlampauan, kegatan inti, dan epilog dengan proses berguru mengajar yang terjadi di kelas sudah berlangsung dengan baik. Hal ini lantaran perangkat pembelajaran yang diterapkan peneliti sudah sesuai dengan terealisasi dengan baik pada setiap pertemuan. (jurnal halaman 5).

Berdasarkan uraian di atas nampak bahwa penerapan model pembelajran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen berpotensi meningkatkan hasil berguru siswa.


B. Rumusan Masalah

Secara khusus persoalan penelitian ini dirumuskan ke dalam sub-sub persoalan sebagai diberikut ini :

- Bagaimana hasil hasil berguru siswa kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama N 1 Bangsal Mojokerto melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen pada materi getaran dan gelombang ?

- Bagaimana acara siswa kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama N 1 Bangsal Mojokerto melalui kegiatan kegiatan berguru dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen pada materi getaran dan gelombang ?

- Bagaimana respon siswa kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama N 1 Bangsal Mojokerto melalui kegiatan berguru mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen pada materi getaran dan gelombang ?


C. Tujuan

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai diberikut:

- Mendeskripsikan hasil berguru siswa kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama N 1 Bangsal Mojokerto melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen pada materi getaran dan gelombang,

- Mendeskripsikan acara siswa kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama N 1 Bangsal Mojokerto melalui kegiatan kegiatan berguru dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen pada materi getaran dan gelombang,

- Mendeskripsikan respon siswa kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama N 1 Bangsal Mojokerto melalui kegiatan berguru mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen pada materi getaran dan gelombang.


D. Manfaat

Dapat memmenolong siswa dalam mengembangkan kemampuan psikomotorik maupun afektif bukan spesialuntuk kognitifnya saja. Sesuai didalam kurikulum yang berlaku ketika ini.


E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Variable Penelitian

Sugiyono (2004:39) mengatakan, “ Variabel Penelitian yaitu suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diputuskan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

a. Variabel bebas

Menurut Sugiyono (2004:39) ”variabel bebas yaitu ialah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi lantaran perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Variabel bebas dalam peneilitian ini yaitu Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD melaluiataubersamaini Metode Eksperimen.

b. Variabel Terikat

Menurut Sugiyono (2004:40) “ variabel terikat ialah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, lantaran adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat yaitu hasil berguru siswa pada materi Pada Materi Getaran Dan Gelombang Kelas VIII di SMPN 1 Bangsal Mojokerto

2. Definisi Operasional

a. Model Pembelajaran Tipe STAD dengan metode eksperimen

Model Pembelajaran Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions )adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim berguru beranggotakan empat orang yang ialah adonan berdasarkan tingkat kinerjanya, jenis kelabuin dan suku dengan cara mempersembahkan peluang kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melaksanakan suatu proses atau percobaan.

b. Hasil Belajar

Hasil berguru yaitu ukuran tingkat keberhasilan siswa didalam mencapai ketuntasan materi pelajaran berupa skor yang diperoleh dari tes terkena sejumlah materi pelajaran yang diajarkan. Hasil berguru yang dimaksud pada penelitan ini yaitu skor yang diperoleh dalam mengerjakan soal-soal penelitian yang didiberikan sebelum dan sehabis mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen.

c. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa didalam penelitian ini ialah kegiatan berguru yang dilakukan siswa ketika mengikuti proses pembelajaran dengan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen.

d. Respon Siswa

Respon siswa pada penelitian in dimaksudkan yaitu tanggapan siswa terhadap sejumlah pertanyaan terkena pembelajaran materi Getaran dan Gelombang dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen Jawaban ini berdasarkan pada pengamatan didalam proses pembelajaran.



F. HIPOTESIS

Hipotesis penelitian ini yaitu hasil berguru siswa melalui penerapan model pembelajaran STAD dengan metode eksperimen lebih baik dari pada hasil berguru siswa memalui penerapan model pembelajaran model STAD dengan metode demonstrasi dengan acara berdiskusi dengan anggota kelompok dan siswa mempersembahkan respon yang baik terhadap penerapan model pembelajaran STAD dengan metode eksperimen.





BAB II

KAJIAN TEORI



A. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran kooperatif ialah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri:

- Untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa berguru dalam kelompok secara bekerja sama

- Kelompok dibuat dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah

- Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelabuin, maka diupayakan semoga tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.

- Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.



1. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

· Hasil berguru akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam memmenolong siswa dalam memahami konsep-konsep yang susah.

· Penerimaan terhadap keragaman, yaitu semoga siswa mendapatkan kawan-kawannya yang mempunyai banyak sekali macam latar belakang.

· Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social siswa diantaranya: mengembangkan tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing mitra untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.







2. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif :


Fase

Indikator

Aktivitas Guru


1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru memberikan tiruana tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa


2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat materi bacaan


3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok berguru

Guru menandakan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok berguru dan memmenolong setiap kelompok semoga melaksanakan transisi efisien


4

Membimbing kelompok bekerja dan berguru

Guru membimbing kelompok-kelompok berguru pada ketika mengerjakan kiprah


5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil berguru tentang materi yang sudah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya


6

Memdiberikan penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil berguru siswa baik individu maupun kelompok.




B. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif di Kelas

Yang perlu dipersiapkan sebelum melaksanakan model pembelajaran kooperatif di kelas, diantaranya:

1. Pilih pendekatan apa yang akan digunakan, misal STAD, Jigsaw, Investigasi Kelompok, dll.

2. Pilih materi yang sesuai untuk model ini

3. Mempersiapkan kelompok yang heterogen

4. menyiapkan Lomba Kompetensi Siswa atau panduan berguru siswa

5. merencanakan waktu, tempat duduk yang akan digunakan.

Beberapa pendekatan pada model pembelajaran kooperatif dan perbandingannya:


Pendekatan
Unsur

STAD

Jigsaw

Kelompok Penyelidikan

Pendekatan Struktur


Tujuan Kognitif

Informasi akademik sederhana

Informasi akademik sederhana

Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri

Informasi akademik sederhana


Tujuan Sosial

Kerjasama dalam kelompok

Kerjasama dalam kelompok

Kerjasama dalam kelompok kompleks

Keterampilan kelompok dan sosial


Struktur Kelompok

Kelompok heterogen dengan 4-5 orang

Kelompok heterogen dengan 5-6 orang dan memakai kelompok asal dan kelompok andal

Kelompok sejenis dengan 5-6 orang

Kelompok heterogen dengan 4-6 orang


Pemilihan topik

Oleh guru

Oleh guru

Oleh siswa

Oleh guru


Tugas utama

Menggunakan Lomba Kompetensi Siswa dan saling memmenolong untuk merampungkan materi

Mempelajari materi dalam kelompok andal dan memmenolong kelompok asal mempelajari materi

menyelesaikan inkuiri kompleks

Mengerjakan kiprah yang didiberikan baik social maupun kognitif


Penilaian

Tes mingguan, jenis tes biasanya berupa kuis

Bervariasi, misal tes mingguan, jenis tes biasanya berupa kuis

Menyelesaikan proyek dan menulis laporan.




C. Pengertian Kooperatif

Pembelajaran kooperatif yaitu suatu sistem yang didasarkan pada alasan bahwa insan sebagai makhluk individu yang tidak sama satu sama lain sehingga konsekuensi logisnya insan harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang diberinteraksi dengan sesama (Nurhadi 2003: 60)

Abdurrahman dan Bintoro (2000) dalam Nurhadi 2003 : 61 menyatakan Pembelajaran kooperatif yaitu suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait.

Adapun banyak sekali elemen dalam pembelajaran kooperatif yaitu adanya (1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin relasi antara pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Roger dan David Johnson menyampaikan bahwa tidak tiruana kerja kelompok bisa dianggap coopartive learning. Untuk mencapai hasil yang terbaik, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan :

1. Saling ketergantungan positif

2. Tanggungjawaban perseorangan

3. Tatap Muka

4. Komunikasi antar anggota

5. Evaluasi proses kelompok (Anita Lie, 1999 : 30)

Model pembelajaran kooperatif sangat tidak sama dengan pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil berguru akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa (Usman, 2002 : 30).Jadi contoh berguru kelompok dengan cara kerjasama antar siswa sanggup mendorong timbulnya gagasan yang lebih berkarakter dan meningkatkan kreativitas siswa, pembelajaran juga sanggup mempertahankan nilai sosial bangsa Indonesia yang perlu dipertahankan. Ketergantungan timbal balik mereka memotivasi mereka untuk sanggup bekerja lebih keras untuk keberhasilan mereka, relasi kooperatif juga mendorong siswa untuk menghargai gagasan kawannya bukan sebaliknya.

Adapun karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu :

· Siswa bekerja dalam kelompok untuk merampungkan materi berguru

· Kelompok dibuat dari siswa yang mempunyai keterampilan tinggi, sedang dan rendah.

· Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelabuin yang tidak sama.

· Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu (Ibrahim. dkk, 2000 : 6)

Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif yaitu untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang sampaumur sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantungan satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin bermacam-macam (Ibrahim, dkk, 2000 : 9). Sedangkan berdasarkan Linda Lungren (1994 : 120) dalam (Ibrahim, dkk. 2000 : 18) ada beberapa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan prestasi berguru yang rendah, yaitu:

1. Meningkatkan pencurahan waktu pada kiprah

2. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

3. Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah

4. Memperbaiki kehadiran

5. Angka putus sekolah menjadi rendah

6. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar

7. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

8. Konflik antar pribadi berkurang

9. Sikap apatis berkurang

10. Pemahaman yang lebih mendalam

11. Motivasi lebih besar

12. Hasil berguru lebih tinggi

13. Retensi lebih usang

14. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
Jadi, pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa insan berguru dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil memmenolong siswa berguru keterampilan sosial yang penting, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis.



D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Jigsaw sudah dikembangkan dan dites kemampuan dan pemahaman oleh Elliot Aronson dkk di Universitas Texas dan kemudian disesuaikan oleh Slaven dkk di Universitas Jhon Hopkins. Dalam terapan tipe jigsaw, siswa dibagi menjadi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok berguru heterogen. Materi pelajaran didiberikan pada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggungjawaban untuk mempelajari belahan tertentu materi yang didiberikan. Anggota dari kelompok yang lain menerima kiprah topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut dengan kelompok andal (Ibrahim, dkk. 2000 : 52).

Langkah-langkah model jigsaw dibagi menjadi enam tahapan, yaitu :

· Menyampaikan tujuan berguru dan membangkitkan motivasi

· Menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi disertai klarifikasi verbal, buku teks, atau bentuk lain

· Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok berguru

· Mengelola dan memmenolong siswa dalam berguru kelompok dan kerja di tempat duduk masing-masin

· Mengetes penguasaan kelompok atas materi didik

· Pemdiberian penghargaan atau akreditasi terhadap hasil berguru siswa (Nurhadi dan Agus Gerrard, 2003 : 40)

Berdasarkan pendapat di atas sanggup dijelaskan bahwa :

· Menyiapkan tujuan berguru dan membangkitkan motivasi

Beberapa aspek dari tujuan dan motivasi siswa tidak tidak sama untuk pembelajaran model jigsaw. Guru yang berhasil memulai pelajaran dengan menelaah ulang, menandakan tujuan mereka dengan bahasa yang simpel dipahami, dengan menunjukkan bagaimana pelajaran itu terkait dengan pelajaran sebelumnya.

· Menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi disertai klarifikasi verbal, buku teks atau bentuk-bentuk lain

Menyajikan informasi verbal secara terang kepada siswa dan mempersembahkan petunjuk bagaimana melakukannya. Petunjuk itu tidak akan diulang di sini. Bagaimanapun juga, penting untuk menggarisbawahi suatu perhatian singkat tentang penerapan buku teks.

· Pemdiberian penghargaan atau akreditasi terhadap hasil berguru siswa

Dalam pembelajaran kooperatif, guru harus hati-hati dengan cara menilai yang diterapkan di luar sistem penilaian mingguan yang gres diuraikan di atas. Konsisten dengan konsep struktur penghargaan kooperatif yaitu penting bagi guru untuk menghargai hasil kelompok dua-duanya hasil simpulan dan sikap kooperatif yang menghasilkan suatu solusi dilema ini dengan mempersembahkan dua penilaian bagi siswa, satu untuk upaya kelompok dan satu untuk setiap pemberian seseorang individu.



Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mempunyai kelebihan dan belum sempurnanya, di antara kelebihannya, yaitu:

· Dapat mempersembahkan peluang kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain

· Siswa sanggup menguasai pelajaran yang disampaikan

· Setiap anggota siswa berhak menjadi andal dalam kelompoknya

· Dalam proses berguru mengajar siswa saling ketergantungan positif

· Setiap siswa sanggup saling mengisi satu sama lain (Ibrahim, dkk. 2000 : 70).

Sedangkan belum sempurnanyanya, yaitu :

· Membutuhkan waktu yang usang

· Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan kawannya yang udik apabila ia sendiri yang arif dan yang kurang pandaipun merasa minder apabila digabungkan dengan kawannya yang arif walaupun usang kelabuaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya (Ibrahim, 2000 : 71).



E. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division), tipe ini dikembangkan pertama kali oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya di Universitas John Hopkins dan ialah model pembelajaran kooperatif paling sederhana (Ibrahim dkk, 2000 : 6). Masing-masing kelompok mempunyai kemampuan akademik yang heterogen (Depelovment MA Project, 2002 : 31), sehingga dalam satu kelompok akan terdapat satu siswa berkemampuan tinggi, dua orang kemampuan sedang dan satu siswa lagi berkemampuan rendah. Para guru pengguna metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik gres kepada siswa setiap minggu, baik melalui penpenghasilanan verbal maupun tertulis (Ibrahim, dkk, 2000 : 20).Kelebihan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:

· Dapat mempersembahkan peluang kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain

· Siswa sanggup menguasai pelajaran yang disampaikan

· Dalam proses berguru mengajar siswa saling ketergantungan positif

· Setiap siswa sanggup saling mengisi satu sama lain (Ibrahim, dkk. 2000 : 72).

Sedangkan belum sempurnanya pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:

· Membutuhkan waktu yang usang

· Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan kawannya yang udik apabila ia sendiri yang arif dan yang kurang pandaipun merasa minder apabila digabungkan dengan kawannya yang arif walaupun usang kelabuaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya (Ibrahim, 2000 : 72).

· Tes , Siswa didiberikan kuis dan tes secara perorangan. Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawaban soal kuis atau tes sesuai dengan kemampuannya. Pada ketika mengerjakan kuias atau tes ini, setiap siswa bekerja sendiri bekerja sama dengan anggota kelompoknya.

· Penentuan Skor, Hasil kuis atau tes diperiksa oleh guru, setiap skor yang diperoleh siswa masukkan dalam daftar skor individual, untuk melihat peningkatan kemampuan individual. Rata-rata skor peningkatan individual ialah pemberian bagi kinerja percapaian hasil kelompok.

· Penghargaan terhadap kelompok, Berdasarkan skor peningkatan individu diperoleh skor kelompok. melaluiataubersamaini demikian, skor kelompok sangat tergantung dari pemberian skor individu.

Pembelajaran kooperatif ialah model pembelajaran dengan memakai system pengelompokan/tim kecil,yaitu antara empat antara enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelabuin,rasa tau suku yang tidak sama.Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok,setiap kelompok akan memperoleh penghargaan atau reward,jika kelompok bisa menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. melaluiataubersamaini demikian setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggungjawaban individu terhadap kelompok dan ketrampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.

Strategi Pembelajaran Kooperatif bisa dipakai mabadunga :

- Guru menekankan pentingnya perjuangan kolektif,disamping perjuangan individual dalam belajar.

- Jika guru menghendaki selruh siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam berguru

- Jika guru ingin menanamkan,bahwa siswa sanggup berguru dari mitra lainnya.

- Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai belahan dari isi kurikulum.

- Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi mereka

- Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan dan menemukan banyak sekali solusi pemecahan.

F. METODE EKSPERIMEN

Metode eksperimen yaitu metode pemdiberian peluang kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melaksanakan suatu proses atau percobaan. melaluiataubersamaini metode ini anak didik dibutuhkan sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melaksanakan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan persoalan yang dihadapinya secara nyata.

1. Kelebihan Metode Eksperimen

a. Metode ini sanggup membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada spesialuntuk mendapatkan kata guru atau buku;

b. Anak didik sanggup mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuwan; dan

c. melaluiataubersamaini metode ini akan terbina insan yang sanggup membawa terobosan-terobosan gres dengan inovasi sebagai hasil percobaannya yang dibutuhkan sanggup bermanfaa bagi kesejahteraan hidup manusia.

2. Kekurangan Metode Eksperimen

a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berpeluang mengadakan eksperimen;

b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran; serta

c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

BAB III

PROSEUDUR PENELITIAN





A. Metode dan Bentuk Penelitian

1. Metode penelitian

Metode penelitian yang dipakai pada jurnal tersebut yaitu penelitian eksperimen Menurut Sugiyono (2008: 107), penelitian eksperimental sanggup diartikan sebagai metode penelitian yang dipakai untuk mencari efek perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Berdasarkan pengertian tersebut dengan melihat hasil penelitian dan analisis data yang dipakai pada jurnal ini sanggup dikatakan bahwa penelitian ini sudah memenuhi kriteria penerapan metode penelitian eksperimen.

2. Bentuk Penelitian

Bentuk dari desain peneliti ini memakai True Eksperimental ( eksperimen betul-betul )yaitu memakai randomized control group pretest posttest design dengan tiga kelas eksperimen (VIIIA, VIIIC, VIIIF) dan satu kelas kontrol (VIIIG). Salah satu ciri dari true eksperimental yaitu bahwa sampel yang dipakai untuk eksperimen maupun sebagai kelompok control yang diambil secara random dari populasi tertentu. Atau sanggup dikatakan adanya kelompok control dan sampel dipilih secara acak / random. ( sugiyono 2008:112). Teknik random sampling yaitu cara pengambilan sampel yang mempersembahkan peluang yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jikalau elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel yaitu 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel.

Pemilihan metode secara random dikarenakan peneliti menjadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi, atau istilahnya yaitu melaksanakan generalisasi maka seharusnya sampel representatif dan diambil secara acak. bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi, atau istilahnya yaitu melaksanakan generalisasi maka seharusnya sampel representatif dan diambil secara acak.

Secara teori control group pretest posttest design mengambil sampel 2 kelas eksperimen dan 2 kelas control secara random tidak sama dengan yang dilakukan oleh peneliti yang spesialuntuk mengambil sampel untuk kelas control satu kelas sedangkan untuk kelas eksperimen 3 kelas. Sehingga sanggup dibedakan dengan simpel sehabis didiberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun desain penelitian ini yaitu memakai desain control group pre-test post test menyerupai pada gambar 3.1 diberikut.





E 01 X 02

K 03 X 04











Gambar 3.1 Desain Penelitian Control Group pre-test and post-test



Keterangan :

E = kelas eksperimen (kelompok yang memakai pembelajaran koopertif model Treffinger)

K = kelas kontrol (kelompok yang memakai pembelajaran konvensinal)

01 = hasil pre-test kelas eksperimen

02 = hasil post-test kelas eksperimen

03 = hasil pre-test kelas kontrol

04 = hasil post-test kelas kontrol

X = perlakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

(Arikunto, 2006:86)



B. Populasi dan sampel

1. Populasi

“Secara sederhana, populasi diartikan sebagai keseluruhan subyek penelitian” (Suharmi Arikunto, 2006: 130). Dari pengertian di atas sanggup disimpulkan bahwa populasi yaitu sebagai keseluruhan objek penelitian sebagai sumber data yang akan diolah untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Untuk populasi dengan banyak elemen, pengukuran huruf populasi dilakukan melalui sejumlah elemen yang dipilih dari populasi tersebut dengan suatu metode tertentu. Teknik pengambilan sejumlah elemen dari populasi ini disebut dengan sampling, dan elemen yang dipilih melalui cara ini disebut sebagai sampel (sample). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa-siswa kelas VIII SMPN 1 Bangsal Mojokerto.

2. Sampel

Sedangkan untuk Sampel yang diambil peneliti yaitu kelas VIII A, VIII B , VIII F dan VIII G. Pengambilan sampel dilakukan dengan memakai metode random sampling khususnya cluster sampling. Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan kelompok. Berbeda dengan metode pemgambilan sampel acak yang distratifikasikan, dimana setiap unusur dalam satu kelompok mempunyai karakterisitik yang homogen, maka dalam clusuter bisa saja terkandung unsur yang karakteristiknya tidak sama-beda atau hehterogen. Teknik cluster sampling sanggup ditempuh melalui dua cara yaitu dengn satu tahap atau dengan dua tahap. Jika tiruana kelompok yang ada dalam populasi diambil satu sampel, maka pengambilan cluster sampling spesialuntuk satu tahap. Tapi jikalau tidak tiruana kelompok pada populasi yang diambil, tapi spesialuntuk beberapa kelompok saja, maka prosedurnya memakai cluster sampling dua tahap.

Tahapan dalam tekinik cluster sampling atau area sampling yaitu

a. Tahapan pertama : dari tiruana kelompok anggota populasi spesialuntuk dipilih beberapa kelompok sebagai sampel tempat secara acak.

b. Tahapan kedua : dari beberapa kelompok sampel tempat tersebut, menetapkan individu-individu mana yang menjadi sampel (secara acak). Misalnya dibidang pendidikan, akan ditentukan mana siswa kelas eksperimen dan siswa kelas control.

(https://duniainformasisemasa367.blogspot.com//search?q=langkah-cluster-sampling tahapan)

Dari klarifikasi cluster random sampling tersebut, maka penelitian ini memakai metode ini dengan menentukan sampel kelas eksperimen dan control dari populasi kelas VIII Sekolah Menengah Pertama N 1 Bangsal Mojokerto. Yang mana tiga kelas diambil sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas control. Sampel kelas eksperimen terdiri atas kelas kelas VIII A, VIII B , VIII F sedangkan untuk kelas control spesialuntuk terdiri dari satu kelas VIII G. Pemilihan metode ini lantaran cluster random sampling lebih menekankan kepada kelompok bukan individu yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh si peneliti.

C. Teknik dan alat pengumpul data

1. Teknik Pengumpul Data

Menurut Hadari Nawawi (2003:94-95), ada enam metode pengumpulan data dalam suatu penelitian yang terdiri dari :

a. Teknik observasi pribadi

b. Teknik observasi tidak pribadi

c. Teknik komunikasi pribadi

d. Teknik komunikasi tidak pribadi

e. Teknik pengukuran

f. Teknik studi dokumenter

Dari keenam metode diatas, peneliti memakai metode-metode sebagai diberikut :

a. Teknik observasi pribadi

Yaitu cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang pelaksanaannya pribadi pada tempat dimana suatu peristiwa, keadaan atau situasi sedang terjadi. Peneliti melaksanakan pengamatan pribadi terhadap proses berguru mengajar pada mata pelajaran IPA Terpadu di Kelas VIII di SMPN 1 Bangsal Mojokerto pada ketika proses berguru mengajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen.

b. Teknik komunikasi pribadi

Yaitu cara mengumpulkan data yang mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak pribadi secara verbal atau tatap muka (face to face) dengan guru dan siswa, baik dalam situasi yang gotong royong maupun dalam situasi yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut. Peneliti mengadakan wawancara kepada guru mata pelajaran IPA Terpadu Kelas VIII di SMPN 1 Bangsal Mojokerto



c. Teknik komunikasi tidak pribadi

Yaitu cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan mengadakan relasi tidak pribadi atau dengan perantaraan alat, baik berupa alat yang sudah tersedia maupun alat khusus yang dibuat untuk keperluan itu. Dalam hal ini, peneliti memakai angket.

Angket disini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap keberhasilan dalam menerapkan pembelajaran dengan memakai model kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Divisions) dengan metode eksperimen. Respon siswa yang dibutuhkan yaitu model pembelajaran disukai, siswa lebih aktif, lebih simpel memahami materi fisika khususnya getaran dan gelombang sehingga siswa dalam pengerjaan soal-soal yang didiberikan sanggup dikerjaan dengan sangat baik.

d. Teknik pengukuran

Yaitu cara mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif untuk mengetahui tingkat atau derajat aspek tertentu dibandingkan dengan norma tertentu pula sebagai satuan ukur yang relevan. Peneliti mempersembahkan pertanyaan kepada siswa berupa penilaian proses berguru pembelajaran dengan pada ketika proses berguru mengajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen pada materi getaran dan gelombang Kelas VIII di SMPN 1 Bangsal Mojokerto.

e. Teknik studi dokumenter

Yaitu cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan kategorisasi dan pembagian terstruktur mengenai bahan-bahan tertulis yang bekerjasama dengan persoalan penelitian, baik dari sumber dokumen yang bekerjasama dengan SMPN 1 Bangsal Mojokerto (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran).



2. Alat Pengumpul Data

a. Non Tes

1) Daftar cek yaitu pencatatan data yang dilakukan dengan memakai sebuah daftar yang memuat apa-apa atau gejala-gejala yang akan diamati yang terjadi di SMPN 1 Bangsal Mojokerto.

2) Pedoman interviu yaitu alat yang dipakai dalam pengumpulan data, dimana penulis akan mengadakan kontak pribadi dengan guru mata pelajaran fisika kelas VIII SMPN 1 Bangsal Mojokerto. Penulis mengajukan sejumlah pertanyaan yang sudah disusun secara lisan. Hasil interviu ini dijadikan sebagai materi penunjang dalam mengambil keputusan hasil penelitian.

3) Angket/kuisioner ialah alat pengumpulan data dari metode komunikasi tidak langsung. Angket yaitu suatu alat pengumpulan data dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada responden yaitu siswa kelas VIII di SMPN 1 Bangsal Mojokerto. Angket ini bersifat terstruktur tertutup dan siswa spesialuntuk menentukan salah satu alternatif jawabanan yang sudah disediakan.

Alternaif jawabanan terdiri dari 4 (empat) pilihan yaitu :

- Alternatif jawabanan a dengan bobot nilai 4.

- Alternatif jawabanan b dengan bobot nilai 3.

- Alternatif jawabanan c dengan bobot nilai 2.

- Alternatif jawabanan d dengan bobot nilai 1.

Respon siswa sanggup dilihat dalam pengisian angket yang didiberikan peneliti terhadap siswa.

b. Tes

Tes yang dipakai dalam penelitian ini yaitu tes adil dalam bentuk pilihan ganda Tes tertulis ini bertujuan yaitu untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi getaran dan gelombang yang didiberikan pada awal pembelajaran (pretest) dan simpulan pembelajaran (posttest). Soal untuk pretest dan posttest yaitu sama.

Pretest dilakukan untuk sanggup menganalisis kemampuan awal siswa sehingga sanggup dilakukan perlakuan semoga kemampuan siswa lebih meningkat. Perlakuan yang dimaksud yaitu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen.



D. Analisis Data

Adapun metode yang dipakai dalam planning pengolahan data yaitu melalui perhitungan statistik inferensial. Statistik inferensial yaitu metode statistik yang dipakai untuk menganalisis data sample dan karenanya diberlakukan untuk populasi. Teknik pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara random. Statistik ini disebut juga sebagai statistik probabilitas, lantaran kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi berdasarkan data sampel kebenaranya bersifat peluang dan mempunyai taraf kesalahan tertentu. Peluang kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) dalam statistik ini disebut dengan taraf signifikasi (Sugiyono, 2009:151). Statisitik ini terdiri atas 2 jenis antar lain , statistic parametrik dan statistic non parametrik. Metode statistik sanggup dikelompokan menjadi dua, yaitu statistik parametrik dan statistik nonparametrik. Pengujian parametrik ialah cara menguji hipotesis yang didasarkan pada beberapa asumsi:

1. Observasi sampel harus dipilih dari populasi yang dianggap mempunyai distribusi normal.
dalam kasus pengujian beda 2 parameter atau lebih, populasi-populasi tersebut bukan saja dianggap mempunyai distribusi normal tetapi juga mempunyai varians yang sama (asumsi homoskedastisitas).

Keabsahan perkiraan tersebut menentukan sejauhmana hasil uji parametrik tersebut berarti atau tidak. Sedangkan metode nonparametrik tidak pernah merumuskan perkiraan terkena populasi darimana sampelnya dipilih. Metode statistik yang dipakai pada statistik nonparametrik yaitu yang bekerjasama dengan data yang berbentuk ranking atau data kualitatif (skala nominal atau ordinal) atau data kuantitatif yang tidak berdistribusi normal. Oleh lantaran itu statistik nonparametrik seringkali disebut dengan statistik bebas distribusi. Pada statistik nonparametrik, kita akan menguji karakteristik populasi tanpa memakai spesifik parameter. Oleh lantaran itu statistik uji ini disebut dengan statistik nonparametrik yaitu akan menguji apakah lokasi populasi tidak sama dari pada menguji apakah rata-rata populasi tidak sama. (https://duniainformasisemasa367.blogspot.com//search?q=langkah-cluster-sampling tahapan)

Pengujian homogenitas yaitu pengujian terkena sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas yang akan dibahas dalam goresan pena ini yaitu Uji Homogenitas Variansi dan Uji Bartlett. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variabel X dan Y bersifat sejenis atau tidak.
UJI HOMOGENITAS VARIANSI

Langkah-langkah menghitung uji homogenitas :

1. Mencari Varians/Standar deviasi Variabel X danY, dengan rumus :



2. Mencari F hitung dengan dari varians X danY, dengan rumus :



3. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel pada tabel distribusi F, dengan

· Untuk varians terbesar yaitu dk pembilang n-1

· Untuk varians terkecil yaitu dk penyebut n-1

· JikaFhitung < Ftabel, berarti homogeny

· JikaFhitung > Ftabel, berarti tidak sejenis

Dari hasil penelitian data terdisribusi normal dan terbukti homogen. Yang berarti



Untuk postestnya dianalisis dengan memakai uji t dua pihak dan satu pihak untuk mengetahui bahwa hasil berguru siswa keals eksperimen lebih baik daripada kelas control. Uji hipotesis sanggup dilakukan dengan memakai langkah-langkah sebagai diberikut:

Apabila data berdistribusi normal maka dipakai statistik parametris yaitu dengan memakai test “t”. Adapun langkah-langkahnya yaitu sebagai diberikut:

(1) Menghitung harga thitung memakai rumus:

thitung (Arikunto, 2010: 349)

Md = mean dari perbedaan pretest dengan posttest

xd = deviasi masing-masing subjek (d-Md)

∑X2d = jumlah kuadrat deviasi

N = subjek sampel deviasi

d.b. = ditentukan dengan N-1



(Arikunto, 2010: 350)

Keterangan:

- d ialah gain

- N ialah jumlah subjek

Untuk memperoleh sanggup ditempuh dengan rumus diberikut.

(Arikunto, 2010: 351)

(2) Mencari harga ttabel yang tercantum pada tabel nilai “t” dengan berpegang pada derajat kebebasan (db) yang sudah diperoleh , baik pada taraf signifikansi 1 % ataupun 5 %. Rumus derajat kebebasan yaitu db = N -1

Melakukan perbandingan antara thitung dan ttabel . Jika thitung lebih besar atau sama dengan ttabel maka Ho ditolak, sebaliknya Ha diterima atau disetujui yang berarti terdapat peningkatan pemahaman konsep secara signifikan. Jika thitung lebih kecil daripada ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak terdapat peningkatan pemahaman konsep secara signifikan. (Sudijono, 1999: 291) Uji-t menilai apakah mean (rata-rata) dan keragaman dari dua kelompok tidak sama secara statistik satu sama lain. Analisis ini dipakai apabila kita ingin membandingkan mean dan keragaman dari dua kelompok data, dan cocok sebagai analisis dua kelompok rancangan percobaan acak. Dimana jikalau thitung > ttabel Hi diterima (signifikan) dan jikalau thitung < ttabel Ho diterima (tidak signifikan).uji t dipakai untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang dipakai yaitu 5%. Hi disini yaitu hipotesis yang diajukan sanggup diterima, untuk Ho hipotesis ditolak.

Penelitian ini menganalisis kognitif siswa dengan mempersembahkan pretest dan postest. Yang mana pretest di analisis dengan memakai uji normalitas dan uji homogenitas dan karenanya terbukti terdistribusi normal dan terbukti data bersifat homogen. Sedangkan untuk postest dianalisis memakai uji t dua pihak dan satu pihak yang mana Uji satu pihak (uji 1-arah/one tail) dipakai untuk melaksanakan uji hipotesis ketika peneliti mempunyai perkiraan pemanis terkena arah/kecenderungan dari suatu karakteristik. Namun, apabila peneliti tidak mempertimbangkan terkena arah/kecenderungan dari karakteristik, maka uji dua pihak (uji 2-arah) sebaiknya digunakan. dan karenanya rata-rata hasil berguru eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Kelas kontrol disini yaitu didiberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode demonstrasi. Selain itu peneliti juga menganalisis aspek psikomotor dan afektif siswa memakai analisis uji t satu pihak dan dua pihak.

Dari hasil penelitian ini didapat nilai nilai t hitung selalu lebih besar dari t tabel sehingga sanggup dikatakan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)dengan metode eksperimen sanggup menngkatkan respon positif siswa.



BAB IV

PEMBAHASAN

Peneliti ini menghasilkan beberapa temuan diantaranya terkena respon siswa sehabis menerapkan salah satu model koperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Divisions ). Respon siswa sanggup diketahui dari pengisian lembar angket respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen sebagai diberikut:

1. Pembelajaran denggan memakai model pembelajaran koopertif tipe STAD dengan metode eksperimen sangat disukai

2. Pembelajaran dengan memakai model pembelajaran koopertaif tipe STAD dengan metode eksperimen membuat lebih aktif dalam proses pembelajaran.

3. Pembelajaran dengan menggunkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD membuat lebih simpel memahami materi fisika khusunya getaran dan gelombang

4. Kegiatan berguru mengajar dengan memakai metode eksperimen membuat lebih simpel dalam memahami materi fisika khususnya getaran dan gelombang

5. Eksperimen/percobaan sesuai dengan pelajaran yang daiajarkan

6. Pembelajaran dengan memakai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen membuat lebih simpel dalam merampungkan soal-soal dan tugas-tugas yang didiberikan oleh guru .

7. Pembelajaran dengan memakai model pembelajaran kooperatif dengan metode eksperimen membuat termotivasi untuk berguru dan berprestasi

8. Pembelajaran dengan memakai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen membuat simpel dalam mengerjakan penilaian pada materi getaran dan gelombang

9. Pembelajaran dengan memakai model pembelajaran kooperatif tipe STAD denganmetode eksperimen terus dipakai untuk pembelajaran pada materi yang selanjutnya.

Berdasarkan analisis data dan pembahasan terhadap jurnal ilmiah pendidikan fisika, diperoleh bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran koopeartif tipe STAD dengan metode eksperimen lebih baik dari dari pembelajaran koopertif tipe STAD dengan metode demonstrasi.

BAB V

PENUTUP



1. KESIMPULAN

Hasil dari penelitian ini yaitu hasil berguru siswa melalui penerapan model pembelajaran STAD dengan metode eksperimen lebih baik dari pada hasil berguru siswa memalui penerapan model pembelajaran model STAD dengan metode demonstrasi dengan acara berdiskusi dengan anggota kelompok dan siswa mempersembahkan respon yang baik terhadap penerapan model pembelajaran STAD dengan metode eksperimen.

2. SARAN

Dalam pembuatan jurnal ini terdapat belum sempurnanya diantaranya tidak berdasarkan dalam penulisan berdasarkan EYD contohnya dalam penulisan perkata, spasi kata hubung yang baik dan benar, dan pembiasaan pemilihan desain pretest posttest control group tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sampel kelas eksperimen dan control dipilih masing-masing 2 kelas. Sehingga sanggup dibandingkan hasil penelitian lebih akurat. Oleh Karena itu sebaiknya peneliti lebih teliti dalam penulisan ataupun banyk membaca semoga tidak terjadi kesalahan dalam pembuatan jurnal ilmiah pendidikan fisik

Sumber http://irwansahaja.blogspot.co.id