Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Materi Biologi: Botani Cabe Rawit

Cabai rawit (Capsicum frutencens L var. Cengek)
Cabai ialah tumbuhan holtikultura yang cukup penting dan banyak dibudidayakan, terutama di pulau jawa. Cabai termasuk tumbuhan tiruansim (annual) berbentuk perdu, bangkit tegak dengan batang berkayu, dan banyak mempunyai cabang. Tinggi tumbuhan terpelajar balig cukup akal antara 65‐120 cm. lebar mahkota tumbuhan 50‐90 cm (Setiadi, 2006) Tanaman cabe simpel dikenali, yaitu tumbuhan yang berupa perdu yang berkayu yang tumbuh tegak mempunyai tinggi 50‐90 cm, dan batang cabe sedikit mengandung zat kayu, terutama yang erat dengan permukaan tanah, tumbuhan cabe yaitu tumbuhan yang memproduksi buah yang mempunyai gizi yang cukup tinggi. Tanaman cabe selain sebagai sayuran juga sanggup dipakai sebagai tumbuhan obat (Setiadi, 2006)

Terdapat 3 macam buah cabai, yang besar agak pendek, besar panjang dan yang kecil (cabai rawit) cabe besar agak lonjong rasanya kurang pedas, berwarna merah dan hijau tetapi konsumen di Indonesia biasanya menyukai ketika masih berwarna hijau, untuk sayur, ataupun dimakan mentah sebagai lalap. Demikian pula cabe besar yang panjang kebanyakan dipetik setelah berwarna merah, sebagai pencampur sayur atau dikeringkan sebagai tepung (Kartasapoetra, 1988)

Cabai rawit rasanya sangat pedas, sangat baik dijadikan saus, sambal atau dikeringkan dijadikan tepung. Tepung cabe banyak diharapkan baik oleh perusahaan pembuat masakan dan pembuat atau pencampur obat tradisional. Harganya mahal, oleh sebab itu bila para petani membudidayakan tumbuhan ini, sebaiknya sebagian hasilnya diolah menjadi tepung untuk di ekspor (Kartasapoetra, 1988)

Tanaman cabe berasal dari benua Amerika, tepatnya Amerika Latin dengan garis lintang 0‐30 LU dan 0‐30 LS. (Setiadi, 2006). Prajnanta (2007) menambahkan bahwa tumbuhan cabe berasal dari Peru. Ada yang sebut bahwa bangsa Meksiko kuno sudah menggemari cabe sejak tahun 7000 jauh sebelum Colombus menemukan benua Amerika (1492). Christophorus Colombus kemudian mengembangkan dan mempopulerkan cabe dari benua Amerika ke Spanyol pada tahun 1492. Pada awal tahun 1500‐an, bangsa Portugis mulai memperdagangkan cabe ke Macao dan Goa, kemudian masuk ke India, Cina, dan Thailand. Sekitar tahun 1513 kerajaan Turki Usmani menduduki wilayah Portugis di Hormuz, Teluk Persia. Di sinilah orang Turki mengenal cabai. Saat Turki menduduki Hongaria, cabe pun memasyarakat di Hongaria. Cabai rawit banyak dibudidayakan diberbagai negara, hasilnya selain untuk mencukupi kebutuhan sendiri, sebab banyak dibutuhkan di negarguagara yang berhawa cuek (Kartasapoetra, 1988)

2.2 Taksonomi Cabai Rawit
Klasifikasi tumbuhan cabe berdasarkan Wiryanta (2006) yaitu sebagai diberikut:

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Sub Familia : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum frutencens L var. Cengek



2.3 Morfologi Cabai

a. Akar

Akar cabe ialah akar tunggang yang besar lengan berkuasa dan bercabangcabang ke samping membentuk akar serabut, akar serabut sanggup menembus tanah hingga kedalaman 50 cm dan menyamping selebar 45 cm (Setiadi, 2006). Sedangkan berdasarkan Prajnanta (2007), Perakaran tumbuhan cabe ialah akar tunggang yang terdiri atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut‐serabut akar (Akar tersier). Panjang akar primer berkisar 35‐50 cm. Akar lateral menyebar sekitar 35‐45 cm.

b. Batang

Batang utama cabe tegak lurus dan kokoh, tinggi sekitar 30‐37,5 cm, dan diameter batang antara 1,5‐3 cm. Batang utama berkayu dan berwarna coklat kehijauan. Pembentukan kayu pada batang utama mulai terjadi mulai umur 30 hari setelah tanam (HST). Setiap ketiak daun akan tumbuh tunas gres yang dimulai pada umur 10 hari setelah tanam namun tunas‐tunas ini akan dihilangkan hingga batang utama menghasilkan bunga pertama sempurna diantara batang primer, inilah yang terus dipelihara dan tidak dihilangkan sehingga bentuk percabangan dari batang utama ke cabang primer berbentuk huruf Y, demikian pula antara cabang primer dan cabang sekunder (Prajnanta, 2007). 
Pertambahan panjang cabang diakibatkan oleh pertumbuhan kuncup ketiak daun secara terus‐menerus. Pertumbuhan semacam ini disebut pertumbuhan simpodial. Cabang sekunder akan membentuk percabangan tersier dan seterusnya. Pada alhasil terdapat kira‐kira 7‐15 cabang per tumbuhan (tergantung varietas) apabila dihitung dari awal percabangan untuk tahapan pembungaan I, apabila tumbuhan masih sehat dan dipelihara hingga pembentukan bunga tahap II percabangan sanggup mencapai 21‐23 cabang (Prajnanta, 2007).


c. Daun

Daun cabe berwarna hijau muda hingga hijau petang tergantung varietasnya. Daun ditopang oleh tangkai daun. Tulang daun berbentuk menyirip. Secara keseluruhan bentuk daun cabe yaitu lonjong dengan ujung daun meruncing (Prajnanta, 2007).

d. Bunga

Umumnya suku Solanaseae, bunga cabe berbentuk menyerupai terompet (hypocrateriformis). Bunga cabe tergolong bunga yang lengkap sebab terdiri dari kelopak bunga (calyx), mahkota bunga (corolla), benang sari (stamen), dan putik (pistilum). Alat kelabuin jantan (benang sari) dan alat kelabuin betina (putik) pada cabe terletak dalam satu bunga sehiingga disebut berkelabuin dua (hermaprodit). Bunga cabe biasanya menggantung, terdiri dari 6 helai kelopak bunga berwarna kehijauan dan 5 helai mahkota bunga berwarna putih. Bunga keluar dari ketiak daun (Prajnanta, 2007). Tangkai putik berwarna putih dengan kepala putik berwarna kuning kehijauan. Dalam satu bunga terdapat 1 putik dan 6 benang sari, tangkai sari berwana putih dengan kepala sari berwarna biru keunguan. Sesudah terjadi penyerbukan akan terjadi penbuahan. Pada ketika pembentukan buah, mahkota bunga rontok tetapi kelopak bunga tetap melekat pada buah (Prajnanta, 2007).

2.4. Spesies cabe Rawit

Cabai rawit (Capsicum frutencens L) yaitu spesies yang paling luas dibudidayakan dan paling penting secara ekonomis, dan mencakup buah anggun dan pedas dengan banyak sekali bentuk dan ukuran. Bentuk yang didomistikasi diklasifikasikan sebagai Capsicum annuum varietas annuum; anggota liarnya yaitu Capsicum. annuum varietas aviculare. Tampaknya, spesies ini didometikasi sekitar wilayahh Meksiko dan Guatemala (Yamaguci, 1999). Cabai rawit (Capsicum frutescens L) yaitu spesies semidomistikasi yang ditemukan di dataran rendah tropika Amerika. Selain itu, Asia Tenggara ialah dikenal sebagai tempat keragaman sekunder (Yamaguci, 1999).

2.5. Kandungan Cabai Rawit

Menurut Setiadi (2006), cabe rawit paling banyak mengandung vitamin A dibandingkan cabe lainnya. Cabai rawit segar mengandung 11.050 SI vitamin A, sedangkan cabe rawit kering mengandung mengandung 1.000 SI. Sementara itu, cabe hijau segar spesialuntuk mengandung 260 vitamin A, cabe merah segar 470, dan cabe merah kering 576 SI. Selain untuk sayuran, cabe mempunyai kegunaan yang lain. melaluiataubersamaini beberapa keunggulan tersebut, cabe dianggap penting untuk materi ramuan industri makanan, minuman maupun farmasi. Malahan, dengan kandungan vitamin A yang tinggi, selain bermanfaa untuk kesehatan mata, cabe juga cukup manjur untuk menyembuhkan sakit tenggorokan. sebab rasanya yang pedas (mengandung capsicol‐semacam minyak atsiri yang tinggi) (Setiadi, 2006). Cabai sanggup menggantikan fungsi minyak gosok untuk mengurangi pegal‐pegal, rematik, sesak nafas, juga gatal‐gatal. melaluiataubersamaini ketajaman aromanya, cabe juga dipakai untuk menyembuhkan radang tenggorokan akhir udara cuek serta mengatasi polio (Setiadi, 2006). Menurut hasil penelitian Departemen Kesehatan cabe cukup manjur untuk mengobati sakit perut, mulas, bisul, iritasi kulit dan sekaligus untuk stimulan (perangsang) contohnya merangsang nafsu makan (Setiadi, 2006)

Sumber:
Ahmad, A., 2006, Buah Penuh Hikmah yang Disebut di Dalam AlQur`
an, (Online)(http://www.sasak.net/modules/newbb/viewtopic.php viewmode=flat&topic_id=2452&forum=23, diakses tanggal 16 Februari 2008).
Agromedia. 2007. Budi Daya Cabai Merah Pada Musim Hujan. Jakarta.  Agromedia Pustaka.
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Andarwulan, N. dan Koswara,S. 1989. Kimia Vitamin. Jakarta. Rajawali.
Anonymous. 2010. Capsaicin Dalam Bahan Pangan http://wapedia.mobi/id/Kapsaisin. Diakses tanggal 3 April 2010.
Astawan, M. 2008.Ahli Teknologi Pangan dan Gizi. http://google.co.id. Diakses tanggal 28 28 Oktober 2009
Azahari, D, H, 2004.Teknik Penanganan Pasca Pguan yang Baik Good Handling Practices (GHP) Komoditi Holtikultura. Jakarta. Rajawali.
Bahtiar, M.A.H. Pengaruh Teknik dan Lama Penyimpanan Dingin Terhadap Kandungan Vitamin C dan Aktivitas Antioksidan Cabai Merah Malang. Skripsi. Jurusan Biologi fakultas Sains Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Tidak Diterbitkan.
Deman, M. J. 1997. Kimia Makanan. Bandung.ITB.
Gaman, P,M. & Sherrington,K,B.1994. Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikroorganisme Edisi 2. Yogyakarta.Universitas Gajah Mada.
Harjo, H. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Capsaicin. www:///harjohanis wordpress.com/2008/03/13/abstrak isolasi dan karakterisasi senyawa capsaicinoid/. Diakses tanggal 28 Oktober 2009
Harper. 1985. Pangan, Gizi, dan Pertanian Terjemahan Oleh Suharjo. Jakarta.Universitas Indonesia Press.
Herdiansyah, H. (2007), The Miracle Mengungkap Rahasia Makanan dan Minuman Berkhasiat dalam AlQur’an, Jakarta.Zikrul Hakim.
Husna, I. 2008. Pengaruh Suhu Penyimpanan dan Pengemasan Terhadap Kesegaran Brokoli (Brassica oleraceae L var. Royal green). Malang. Skripsi Pada Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Tidak Diterbitkan.
Iswari, R, S dan Yuniastuti, A. 2006. Biokimia. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Kartasapoetra.A.g, 1988. Teknologi budidaya tumbuhan pangan di tempat tropik. Jakarta. Bina aksara.
Kusumah, I, SKL (2007), Panduan Diet Ala Rasulullah, Tanggerang. Qultum Media.
Laila, A. 2010. Komponen Utama Cabe. http://fmipa.itb.ac.id.index.php/artikel.Diakses tanggal 3 April 2010
Martoredjo, T. 2009. Ilmu Penyakit Pascapguan. Jakarta. Bumi aksara.
Mayasari, N. 2007. Memilih Makanan yang Halal. Tanggerang. Quntum Media.
Minarno, EB dan Lilik,H.2008. Gizi dan Kesehatan (Perspektif alQur’an dan Sains). Malang UIN‐Maulana Malik Ibrahim Press.
Nogrady, T. 1992. Kimia Medisinal. Bandung. ITB.
Pantastico.ER 1993. Fisiologi Pasca Pguan, Penanganan dan Pemanfaatan Buah Buahan dan Sayuran Tropika dan Subtropika. Diterjemahkan Oleh Kamariyani. Yogyakarta. Gadja Mada Universitas Press
Pantastico.ER. 1989. Fisiologi Pasca Pguan, Penanganan dan Pemanfaatan Buah Buahan dan Sayuran Tropik dan Subtropik. Diterjemahkan Oleh Kamariyani Yogyakarta. Gadja Mada Universitas Press. 
Poedjiadi, A. 1994. Dasar Dasar Biokimia. Jakarta. Universitas Indonesia Press.
Prajnanta, F. 2007. Agribisnis Cabai Hibrida. Jakarta. Penebar Swadaya.
Purnomo, H. 1995. Aktivitas Air dan Peranannya dalam Pengawetan Pangan. Jakarta. UI‐Press.
Qardawi, Y. 2001,. Islam Agama Ramah Lingkungan. Jakarta. Pustaka Al‐ Kautsar.
Qardawi, Y. 2001, Halal dan Haram. Jakarta Timur. Robbani Press.
Rasmunandar. 1983. Mebudidayakan Tanaman BuahBuahan. Bandung. PT Sinar Baru.
Rukmana, R, 2002, Usaha Tani Cabai Rawit, Yogyakarta, Kanisius.
Rossidy, I. (2008), Fenomena Flora dan Fauna dalam Perspektif AlQur’an, Malang . UIN Malang Press.
Sayyid, 2006 Pola Makan Rasulullah; Makanan Sehat Berkualitas Menurut alQur’an dan AsSunnah, diterjemahkan oleh M. Abdul Ghaffar dan M. Iqbal Haetami. Jakarta. Alahlia.
Sedioetama, A. D. 1976. Vitaminologi Bagi Umum dan Tenaga Pengajar Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.
Sedioetama, A. D. 2006. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta. Dian Rakyat.
Setiadi.2006. Cabai Rawit Jenis dan Budaya. Jakarta. Penebar Swadaya.
Sjaifullah. 1997. Petunjuk menentukan Buah. Jakarta. PT Swadaya.
Shihab, Q. 2002. Tafsir AlMisbah (Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur’an). Jakarta. Lentera Hati.
Suharto. 1991. Teknologi Pengawetan Makanan. Jakarta. Bumi Aksara.
Susanto, T. Bambang, H, Suhardi. 1994. Fisiologi dan Teknologi Pasca Pguan. Yogyakarta. Akademika.
Sudarmadji, S. Bambang,H. Suhardi, 1996. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta. Edisi Empat Cet I. Liberti.
Sumoprastowo, 2004. Memilih dan Menyimpan SayurMayur, Buah Buahan, dan Bahan Makanan. Jakarta. Bumi Aksara.
Tawali, A. B. Abit, T. Mustofa, L. 2004 Mempelajari Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Apel Varietas Red Delicious (Malus sylvetris).( Study Of Effect Storage Temperature To Quality Red Delicious Apple (Malus Sylvetris). Makasar. Jurnal Jurusan Teknologi Pertanian Fapertahut UNHAS.

Sumber http://irwansahaja.blogspot.co.id