Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Bergantung Hidup Dengan Kopra

Langkau Kopra milik Deli. Foto: Lina
Deli saat itu sedang memilah kelapa di sebuah langkau (pondok) tempatnya memanggang kopra secara tradisional. Lebih kurang 20 meter dari langkau, terlihat rekan kerjanya yang sedang mengangkat kelapa dari parit serta beberapa orang yang sedang mengupas kelapa dengan semangat. Menurut legalisasi bang Deli, Ia sudah bekerja lebih-kurang 13 tahun sebagai petani kopra dan mencicipi jadinya yang cukup tidak mengecewakan untuk bertahan hidup . Ia salah satu petani kopra yang tidak mengecewakan sukses yang ada desa Sui. Kupah.
Untuk menemui Deli di Sui.Kupah kita haru menepuh Jalan yang penuh lubang dan berdebu ditambah teriknya matahari siang. Namun bagi siapapun yang sedang berada di Jalan ini, akan merasa terlindungi oleh pohon-pohon kelapa yang berjejer di sisi tubuh jalan dari teriknya matahari. Begitu banyaknya pohon kelapa dan semilir angin menimbulkan perjalanan ini terasa enteng. Jangan heran bila melihat banyak pohon kelapa alasannya yaitu Jalan menuju sungai Berkat Laut desa ini ialah lahan perkebunan kelapa untuk menghasilkan kopra. Kopra ialah penghasilan utama masyarakat dibeberapa desa di kecamatan Sui. Kakap, ibarat desa Sui. Kupah dan desa jeruju Besar.

Ketika ditanya tentang kelebihan dalam perjuangan kopra ini, Deli mengambarkan bahwa dalam perjuangan kopra kerugian jarang terjadi. “Jika harga kopra sedang turun, maka kelapa sanggup ditampung hingga harga kopranya mulai stabil, setelah itu barulah diolah menjadi kopra”, ungkapnya sembari tersenyum. Berangkat dari seorang pekerja yang mendapat upah dari petani kopra lain ia mendapat suatu pengalaman yang diterapkannya, membuat ia menjadi petani kopra yang sukses. “ Kopra yang saya olah, sanggup saya jual hingga tiga kali dalam seminggu” ucap deli. Jumlah produksinya mencapai satu ton setengah setiap kali penjualan, dan nominal yang di sanggup kurang lebih Rp 6 juta dalam setiap kali penjualan. Untuk mendapat kopra sebanyak satu ton setengah diharapkan sebanyak 6 ribu buah kelapa.

Potensi Usaha kopra juga disampaikan oleh Asbar (28) penduduk Sui Kupah lainnya, yang kurang lebih delapan bulan memulai usaspesialuntuk sebagai petani kopra.” Awalnya saya menjual kelapa dagang dan kadang menjualnya ke RRC ( cina), namun di sana tidak tiruana jenis kelapa dagang laris terjual, alasannya yaitu ukuranya ada yang besar dan kecil, ukuran kelapa yang kecil itulah yang diolah menjadi kopra” ujarnya. Pria yang juga memiliki perjuangan toko di pasar jeruju besar ini juga menambahkan bahwa ia juga membeli kelapa dari beberapa petani kelapa ibarat dari desa punggur dan Sui. Itik. Dalam perjuangan pembuatan kopra tentunya mengalami hambatan ibarat saat isu terkini hujan datang dan juga saat banjir, jelasya dengan mulut wajah yang fokus.

Usaha yang serupa juga digeluti oleh pak Masri (53) atau yang lebih dikenal dengan panggilan pak de engkong oleh penduduk setempat. “ saya mengawali perjuangan kopra semenjak tahun 80an, awalnya spesialuntuk sebagai petani padi, tapi sebagai petani padi dirasa kurang mendukung untuk masa depan, saya menambah perjuangan dengan membeli kelapa dari petani dan mengolahnya menjadi kopra, setelah perjuangan kopra itu menghasilkan saya kembangkan lagi menjadi perjuangan sebagai pembeli gula merah atau gula kelapa” ucapnya dengan logat sambas bercampur melayu pontianak. Sekarang pak de lebih banyak mengolah kelapa sendiri dan mengurangi pembelian dari petani. Proses pengolahan kelapa menjadi kopra juga dikerjakannya bersama anggota keluarganya, tak kurang dari lima orang anaknya juga ikut memmenolong dalam proses pengolaspesialuntuk.

Ketika beranjak ke desa Jeruju Besar saya menemui petani kopra yang ialah orang nomor satu di desa ini, H. Abdurahman, SHi (49) namanya. Ia menentukan perjuangan sebagai petani kopra alasannya yaitu melihat potensi desa Jeruju Besar yang banyak menghasilkan kelapa. Bukan spesialuntuk mengolah kelapa hasil kebun sendiri tetapi juga membeli kelapa dari petani di desanya, lalu diolah menjadi kopra. Pak haji Remang begitu sapaan akrabnya, menceritakan banyaknya kopra yang dijualnya ke penampung tergantung banyaknya kelapa yang dibeli dari para petani dan kalau tidak ada hambatan ibarat pasang surutnya air sungai, ia sanggup menjual kopra sebanyak tiga kali disetiap minggunya. Setiap kali penjualan kopra yang dihasilkan sekitar satu ton setengah. Menurutnya, kelebihan perjuangan kopra bila dibandingkan dengan olahan kelapa lainya yaitu bila mengolah kopra, tempurung kelapanya tidak dimembuang alasannya yaitu sanggup diolah menjadi arang briket. Disela-sela wawancara, ia juga memberikan harapanya kepada para cowok Kalbar supaya sanggup memanfaatkan air kelapa yang termembuang sia-sia menjadi perjuangan yang sanggup memmenolong perekonomian masyarakat petani kelapa.

Sesudah mewawancarai pak Haji Remang, saya menhadiri sebuah tempat penampung kopra yaitu gudang milik pak Heng Chui, yang letak dan posisinya di seberang pasar desa Jeruju Besar. Ketika itu saya tidak sanggup bertemu dengan Pak Heng Chui, yang sanggup saya temui spesialuntuk anaknya, yang dikerap dipanggil Aan. Ia mengambarkan bahwa perjuangan yang sudah 14 tahun digeluti oleh ayahnya ini, selain membeli kopra dari masyarakat desa Sui. Kupah dan Jeruju Besar juga membeli kopra dari kawasan lain ibarat Kakap, telok pakedai dan Segedong. Harga kopra yang dibeli berpatokan dengan harga minyak mentah kelapa, yaitu harganya setengah dari harga minyak kelapa mentah. Ia menambahkan sedikitnya 15 ton kopra yang diangkut setiap harinya ke peniti memakai truk. Selain di jeruju Besar, pak heng chui juga memiliki gudang di Tanjung dan Peniti. Gudang yang terletak di Peniti sekaligus menjadi pabrik penggilingan minyak mentah kelapa. Sesudah menjadi minyak dikirim ke Siantan dan Jakarta. Tidak berhenti hingga disitu saja, ternyata kopra yang digiling menjadi minyak, menghasilkan limbah yang disebut dengan “bungkil”. Bungkil juga dijual ke kuching sebagai masakan ayam atau babi. Ia juga memberikan harapanya kepada para petani kopra, supaya dalam proses pemanggangan harus melewati beberapa kali pemanggangan supaya mendapat kopra yang berkarakter dan harga jualnya pun lebih tinggi.

Walaupun apa jenis usaspesialuntuk, hendaknya kita lebih jeli melihat peluang perjuangan yang sanggup kita kembangkan dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada disekitar kita. Usaha yang giat serta semangat yang berpengaruh yaitu kunci menuju sukses dalam memulai usaha. Sehingga kita sanggup berperan dalam memajukan perekonomian kalbar. (Iina/ Jalur Borneo)

Sumber http://irwansahaja.blogspot.co.id