Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Pengertian, Fungsi, Kriteria Menanya


Guru yang efektif bisa menginspirasi penerima didik untuk meningkatkan dan mengembangkan
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada dikala guru bertanya, pada dikala itu pula dia
membimbing atau memandu penerima didiknya mencar ilmu dengan baik. Ketika guru menjawaban
pertanyaan penerima didiknya, ketika itu pula ia mendorong asuhannya itu untuk menjadi
penyimak dan pembelajar yang baik.

Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyara, pertanyaan dimaksudkan untuk
memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”,
melainkan juga sanggup dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan
verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan,
misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimay efektif!

a. Fungsi Bertanya


  • Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian penerima didik ihwal suatu tema atau topik pembelajaran.
  • Mendorong dan menginspirasi penerima didik untuk aktif belajar, serta menyebarkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
  • Mendiagnosis kesusahan mencar ilmu penerima didik sekaligus memberikan ancangan untuk mencari solusinya.
  • Menstrukturkan tugas-tugas dan mempersembahkan peluang kepada penerima didik untuk memberikan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang didiberikan.
  • Membangkitkan keterampilan penerima didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memdiberi jawabanan secara logis, sistematis, dan memakai bahasa yang baik dan benar.
  • Mendorong partisipasipeserta didik dalam berdiskusi, berargumen, menyebarkan kemampuan berpikir, dan menarikdanunik simpulan.
  • Membangun perilaku keterbukaan untuk saling memdiberi dan mendapatkan pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta menyebarkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
  • Membiasakan penerima didik berpikir impulsif dan cepat, serta sigap dalam merespon problem yang tiba-tiba muncul.
  • Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.

b. Kriteria Pertanyaan yang Baik

Singkat dan jelas.
misal: (1) Seberapa jauh pemahaman Anda terkena faktor-faktor yang
menjadikan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? (2)
Faktor-faktor apakah yang menjadikan generasi muda terjerat kasus narkotika dan
obat-obatan terlarang? Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih terang dibandingkan
dengan pertanyaan pertama.

Menginspirasi jawabanan.
misal: Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting pada
bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat kerukukan
beragama, akan muncul guaka problem sosial kemasyarakatan. Coba jelaskan
dampak sosial apa saja yang muncul, jikalau suatu bangsa gagal membangun kerukunan
umat beragama?Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka ialah contoh
yang didiberikan guru untuk menginspirasi jawabanan penerima menjawaban pertanyaan.

Memiliki serius.
misal: Faktor-faktor apakah yang menjadikan terjadinya kemiskinan? Untuk
pertanyaan menyerupai ini sebaiknya masing-masing penerima didik diminta memunculkan
satu jawabanan. Peserta didik pertama sampai kelima contohnya menjawaban: kebodohan,
kemalasan, tidak mempunyai modal usaha, kelangkaan sumber daya alam, dan
keterisolasian geografis. Jika masih tersedia alternatif jawabanan lain, penerima didik yang
keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawabanan. Pertanyaan yang luas menyerupai di atas
sanggup dipersempit, misalnya: Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan?
Pertanyaan menyerupai ini dimintakan jawabanannya kepada penerima didik secara
perorangan.

Bersifat probing atau divergen.
misal: (1) Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah penerima didik harus rajin
belajar?(2) Mengapa penerima didik yang sangat malas mencar ilmu cenderung menjadi putus
sekolah? Pertanyaan pertama cukup dijawaban oleh penerima didik dengan Ya atau Tidak.
Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawabanan yang bervariasi urutan jawabanan dan
penjelasannya, yang kemungkinan mempunyai bobot kebenaran yang sama.

Bersifat validatif atau penguatan.
Pertanyaan sanggup diajukan dengan cara meminta kepada penerima didik yang tidak sama
untuk menjawaban pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu dimaksudkan
untuk memvalidsi atau melaksanakan penguatan atas jawabanan penerima didik sebelumnya.
Ketika beberapa orang penerima didik sudah mempersembahkan jawabanan yang sama, sebaiknya
guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka memunculkan jawabanan yang
lain yang tidak sama, namun sifatnya menguatkan.
misal:
  • Guru: “mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan”?
  • Peserta didik I: “karena orang yang malas lebih banyak membisu ketimbang bekerja.”
  • Guru: “siapa yang sanggup melengkapi jawabanan tersebut?”
  • Peserta didik II: “karena lebih banyak membisu ketimbang bekerja, orang yang malas tidak produktif”
  • Guru : “siapa yang sanggup melengkapi jawabanan tersebut?”
  • Peserta didik III: “orang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan waktu
  • terlalu banyak untuk bekerja, alasannya ialah itu ia tidak produktif.”
Memdiberi peluang penerima didik untuk berpikir ulang.
Untuk menjawaban pertanyaan dari guru, penerima didik memerlukan waktu yang cukup
untuk memikirkan jawabanannya dan memverbalkannya dengan kata-kata. Karena itu,
sehabis mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa dikala sebelum
meminta atau menunjuk penerima didik untuk menjawaban pertanyaan itu.

Jika dengan pertanyaan tertentu tidak ada penerima didik yang bisa menjawah dengan
baik, sangat dianjurkan guru mengubah pertanyaannya. Misalnya: (1) Apa faktor picu
utama Belanda menjajah Indonesia?; (2) Apa motif utama Belanda menjajah
Indonesia? Jika dengan pertanyaan pertama guru belum memperoleh jawabanan yang
memuaskan, ada baiknya ia mengubah pertanyaan menyerupai pertanyaan kedua.

Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif.
Pertanyaan guru yang baik membuka peluang penerima didik untuk mengembangkan
kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat
kognitifnya. Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut jawabanan
dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, menyerupai dari sekadar mengingat fakta ke
pertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif yang lebih tinggi, seperti
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci pertanyaan
ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.

Merangsang proses interaksi.
Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana
sangat senang pada diri penerima didik.Dalam kaitan ini, sehabis menyampaikan
pertanyaan, guru mempersembahkan peluang kepada penerima didik mendiskusikan
jawabanannya. Sesudah itu, guru memdiberi peluang kepada seorang atau beberapa
orang penerima didik diminta memberikan jawabanan atas pertanyaan tersebut. Pola
bertanya menyerupai ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul.

c. Tingkatan Pertanyaan

Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi penerima didik untuk mempersembahkan jawabanan
yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan
tingkatan kognitif menyerupai apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah sampai yang lebih
tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah sampai yang
lebih tinggi disajikan diberikut ini.




Sumber http://irwansahaja.blogspot.co.id