Cabang-Cabang Filsafat
Sidi Gazalba (1973) mengemukakan bidang permasalahan filsafat terdiri atas:
1) Metafisika, dengan pokok-pokok masalah: filsafat hakikat atau ontologi, filsafat alam atau kosmologi, filsafat manusia, dan filsafat ketuhanan atau teodyce.
1) Metafisika, dengan pokok-pokok masalah: filsafat hakikat atau ontologi, filsafat alam atau kosmologi, filsafat manusia, dan filsafat ketuhanan atau teodyce.
2) Teori pengetahuan atau epistemologi, yang mempersoalkan: hakikat pengetahuan, dari mana asal atau sumber pengetahuan, bagaimana membentuk pengetahuan yang sempurna dan yang benar, apa yang dikatakan pengetahuan yang benar, mungkinkah insan mencapai pengetahuan yang benar dan apakah sanggup diketahui manusia, serta hingga di mana batas pengetahuan manusia.
3) Filsafat nilai atau aksiologi yang membicarakan: hakikat nilai, di mana letak nilai, apakah pada bendanya atau pada perbuatannya atau pada insan yang menilainya; mengapa terjadi perbedaan nilai antara seseorang dengan orang lain, siapakah yang memilih nilai, mengapa perbedaan ruang dan waktu membawa perbedaan penilaian.
Louis O. Kattsoff (1987: 74-82) membagi cabang-cabang filsafat menjadi dua potongan besar, yaitu cabang filsafat yang memuat materi didik wacana alat dan cabang filsafat yang memuat wacana isi atau bahan-bahan dan informasi. Cabang filsafat yang ialah alat ialah Logika, termasuk di dalamnya Metodologi. Sedangkan cabang filsafat yang ialah isi adalah:
1. LOGIKA
Logika membicarakan metode-metode untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat materi tertentu. Kadang-kadang Logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan wacana penarikan kesimpulan. Logika dibagi dalam dua cabang utama, yakni nalar deduktif dan nalar induktif.
Logika deduktif berusaha menemukan aturan-aturan yang sanggup dipergunakan untuk menarikdanunik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat keharusan dari satu premis tertentu atau lebih. Memperoleh kesimpulan yang bersifat keharusan itu yang paling simpel ialah bila didasarkan atas susunan proposisi-proposisi dan akan lebih susah bila yang diperhatikan ialah isi proposisi-proposisi tersebut. Logika yang membicarakan susunan-susunan proposisi dan penyimpulan yang sifat keharusannya berdasarkan atas susunannya, dikenal sebagai nalar deduktif atau nalar formal.
Logika induktif mencoba untuk menarikdanunik kesimpulan tidak dari susunan proposisi-proposisi, melainkan dari sifat-sifat seperangkat materi yang diamati. Logika induktif mencoba untuk bergerak dari suatu perangkat fakta yang diamati secara khusus menuju ke pernyataan yang bersifat umum terkena tiruana fakta yang bercorak demikian, atau dari suatu perangkat akhir tertentu menuju kepada lantaran atau sebab-sebab dari akibat-akibat tersebut.
Bagi nalar deduktif ada suatu perangkat aturan yang sanggup dikatakan hampir-hampir otomatis; bagi nalar induktif tidak ada aturan-aturan yang demikian itu, kecuali hukum-hukum probabilitas. Yang termasuk pertanyaan-pertanyaan terpokok di dalam nalar ialah:
a. Apakah aturan-aturan bagi penyimpulan yang sah?
b. Apakah ukuran-ukurannya bagi hipotesis yang baik?
c. Apakah corak-corak daypikir yang logis itu?
d. Apakah yang mengakibatkan tersusunnya sebuah definisi yang baik.
2. METODOLOGI
Metodologi ialah ilmu pengetahuan wacana metode dan khususnya metode ilmiah. Tampaknya tiruana metode yang berharga dalam menemukan pengetahuan memiliki garis-garis besar umum yang sama. Metodologi membicarakan hal-hal menyerupai sifat observasi, hipotesis, hukum, teori, susunan eksperimen dan sebagainya.
3. METAFISIKA
Metafisika ialah cabang filsafat terkena yang ada. Aristoteles mendefinisikan metafisika sebagai ilmu terkena yang ada sebagai yang ada, yang dilawankan dengan yang ada sebagai yang digerakkan dan yang ada sebagai yang dijumlahkan. Istilah metafisika semenjak usang digunakan di Yunani untuk menunjukkan karya-karya tertentu Aristoteles. Maka, istilah metafisikapun berasal dari bahasa Yunani: meta ta physika yang berarti hal-hal yang terdapat setelah fisika.
Dewasa ini metafisikan dipergunakan baik untuk menunjukkan filsafat pada umumnya maupun untuk menunjukkan cabang filsafat yang mempelajari pertanyaan-pertanyaan terdalam. Metafisika juga sering disamakan artinya dengan ontologi. Sebenarnya, ontologi ialah potongan dari metafisika. Secara sederhana metafisika sanggup didefinisikan sebagai cabang filsafat atau potongan pengetahuan insan yang bersangkutan dengan pertanyaan terkena hakikat ada yang terdalam.
4. EPISTEMOLOGI
Menurut Kattsoff, epistemologi ialah cabang filsafat yang memeriksa asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan. Pertanyaan yang fundamental ialah: Apakah mengetahui itu? Apakah yang ialah asal mula pengetahuan kita? Bagaimanakah cara kita membedakan antara pengetahuan dengan pendapat? Apakah yang ialah bentuk pengetahuan itu? Corak-corak pengetahuan apakah yang ada? Bagaimanakah cara kita memperoleh pengetahuan? Apakah kebenaran dan kesesatan itu? Apakah kesalahan itu?
5. BIOLOGI KEFILSAFATAN
Biologi kefilsafatan membicarakan persoalan-persoalan terkena biologi, menganalisa pengertian hakiki dalam biologi. Ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkena pengertian hidup, adaptasi, teleologi, evolusi dan penurunan sifat-sifat. Biologi kefilsafatan juga membicarakan wacana daerah hidup dalam rangka segala sesuatu, dan arti pentingnya hidup bagi penafsiran kita wacana alam semesta daerah kita hidup.
Seorang filsuf sanggup menghubungkan bahan-bahan yang ditemukan oleh ilmuwan biologi dengan teori-teori yang dikemukakan untuk menandakan bahan-bahan tersebut. Ia sanggup menolong spesialis biologi untuk bersifat kritis, bukan spesialuntuk terhadap istilah-istilahnya, melainkan juga terhadap metode-metode dan teori-teorinya.
6. PSIKOLOGI KEFILSAFATAN
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam bidang psikologi kefilsafatan adalah: Apakah yang dinamakan jiwa itu? Apakah jiwa tiada lain dari kumpulan jalur urat-urat syaraf, ataukah sesuatu yang bersifat khas? Apakah kita harus mengadakan pembedaan antara jiwa (mind) dengan nyawa (soul)? Apakah kekerabatan antara jiwa dan tubuh, bila kedua hal itu dianggap tidak sama? Apakah yang dimaksud dengan ―ego‖? Apakah yang ialah kemampuan-kemampuan yang mengakibatkan ego itu berfungsi? Bagaimanakah susunan jiwa itu? Bagaimana halnya dengan perasaan dan kehendak? Apakah keduanya ialah potongan dari jiwa ataukah ialah kemampuan yang terpisah? Apakah kebijaksanaan itu dan bagaimana hubungannya dengan tubuh?
Demikianlah di dalam lapangan psikologi, seorang filsuf mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat hakiki. Dan apa yang pada suatu dikala dulu tiruananya ialah potongan filsafatm dibagi dalam dua lapangan psikologi, yaitu psikologi sebagai ilmu dan psikologi kefilsafatan. Kedua hal ini tidak pernah terpisah, melainkan spesialuntuk segi-segi yang tidak sama dari masalah yang sama.
7. ANTROPOLOGI KEFILSAFATAN
Antropologi kefilsafatan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan wacana manusia. Dimulai semenjak kurun kelima sebelum Masehi, setelah melalui penyelidikan yang lama, Socrates tampil ke depat dengan semboyannya: "Kenalilah dirimu sendiri!". Artinya, filsafat tidak cukup spesialuntuk membicarakan wacana alam saja, tetapi yang tak-kalah penting ialah bertanya dan menjawaban pertanyaan-pertanyaan wacana insan itu sendiri. Apakah hakikat terdalam insan itu ? Ada pilihan penafsiran apa sajakah terkena hakikat manusia? Yang manakah yang lebih mendekati kebenaran?
Antropologi kefilsafatan juga membicarakan wacana makna sejarah insan dan arah kecenderungan sejarah. Sejarah juga dikaji dalam hubungannya dengan ilmu-ilmu alam, atau dengan nafsu-nafsu atau doktrin keagamaan, atau usaha untuk kelangsungan hidup. Telah banyak klarifikasi yang didiberikan terkena hal ini.
8. SOSIOLOGI KEFILSAFATAN
Sosiologi kefilsafatan ialah istilah lain untuk filsafat sosial dan filsafat politik. Di dalam filsafat sosial dan filsafat politik, biasanya dikemukakan pertanyaan-pertanyaan terkena hakikat masyarakat dan hakikat negara, lembaga-lembaga yang terdapat di masyarakat dan kekerabatan insan dengan negaranya. Jadi, kita mengadakan perenungan masalah sosiologi dan ilmu politik. Perenungan filsafati mengadakan pertanyaan-pertanyaan: Bagaimanakah praanggapan kedua ilmu tersebut terkena metode-metode yang digunakan? Apa makna hakiki dari istilah-istilah yang digunakan? Masalah-masalah ideologi juga dipertanyakan. Misalnya, ideologi manakah yang lebih sanggup diterima di masa depan dan ideologi manakah yang sanggup menjadikan malapetaka?
9. ETIKA
Di dalam melaksanakan pilihan, insan mengacu kepada istilah-istilah menyerupai baik, buruk, kebajikan, kejahatan dan sebagainya. Istilah-istilah ini ialah predikat-predikat kesusilaan (etik). Cabang filsafat yang mengulas masalah ini ialah etika. Dalam kondisi yang bagaimanakah kita mengadakan tanggapan-tanggapan kesusilaan? Ukuran-ukuran apakah yang digunakan untuk menguji tanggapan-tanggapan kesusilaan?
Tujuan pokok etika ialah menemukan norma-norma untuk hidup dengan baik. Berkaitan dengan itu muncul pertanyaan-pertanyaan: Apakah yang mengakibatkan suatu perbuatan yang baik itu ialah baik secara etik? Bagaimanakah cara kita melaksanakan pilihan di antara hal-hal yang baik? Itulah beberapa pola pertanyaan di dalam penyelidikan etika.
10. ESTETIKA
Dua istilah pokok sudah digunakan di dalam kajian filsafat, yakni "kebenaran" dan "kebaikan". Kebenaran ialah tujuan yang hendak dicapai dalam pembicaraan kita wacana epistemologi dan metodologi. Kebaikan ialah masalah yang diselidiki dalam etika. Pada hal-hal ini kita menambahkan unsur ketiga dari ketritunggalan besar yang mendasari tiruana peradaban, yakni "keindahan". Cabang filsafat yang membicarakan definisi, susunan dan peranan keindahan, khususnya di dalam seni, dinamakan estetika.
Pertanyaan-pertanyaan filsafati di dalam perbincangan estetika adalah: Apakah keindahan itu? Apa kekerabatan antara yang indah dengan yang benar dan yang baik? Apakah ada ukuran yang sanggup digunakan untuk menanggapi suatu karya seni dalama rti yang adil? Apakah fungsi keindahan dalam hidup kita? Apakah seni itu ? Apakah seni spesialuntuk sekedar reproduksi alam kodrat belaka, ataukah suatu ungkapan perasaaan seseorang, ataukah suatu penglihatan ke dalam kenyataan yang terdalam?
11. FILASAFAT AGAMA
Jika kita ingin mengetahui sesuatu di dalam kepercayaan agama tertentu, maka tanyalah kepada para hebat agama atau ulama-ulamanya. Sedangkan bagi seorang filsuf, ia akan membicarakan jenis-jenis pertanyaan yang tidak sama terkena agama. Pertama-tama ia mungkin akan bertanya: Apakah agama itu? Apakah yang dimaksud dengan istilah ―Tuhan‖ itu? Apakah bukti-bukti wacana adanya Tuhan itu sehat berdasarkan logika? Bagaimanakah cara kita mengetahui Tuhan? Apakah makna ―eksistensi‖ bila istilah ini dipergunakan dalam hubungannya dengan Tuhan?
Filsafat agama tidak berkepentingan dengan apa yang orang percayai. Tetapi kepada makna istilah-istilah yang dipergunakan, keruntutan di antara kepercayaan-kepercayaan, bahan-bahan bukti bagi kepercayaan, dan kekerabatan antara kepercayaan agama dengan kepercayaan-kepercayaan yang lain. Yang erat hubungannya dengan kepercayaan agama ialah kepercayaan terkena keawetan hidup. Meskipun masalah ini tidak monopoli milik agama, tetapi ialah masalah terpenting bagi penganut-penganutnya.
Demikianlah pembahasan cabang-cabang filsafat sebagaimana dikemukakan oleh Louis O. Kattsoff. Tetapi, di samping cabang-cabang yang sudah diuraikan tersebut, bahu-membahu masih banyak cabang-cabang filsafat yang berkaitan dengan hal-hal khusus, disebut sebagai cabang filsafat khusus.
Kattsoff spesialuntuk membicarakan empat cabang filsafat khusus, yaitu antropologi kefilsafatan, biologi kefilsafatan, psikologi kefilsafatan dan filsafat agama.
Sebenarnya, ada banyak lagi cabang filsafat yang berkaitan dengan ilmu lain. Apabila filsafat berpaling perhatiannya pada sains, maka akan lahir filsafat sains. Apabila filsafat menguji konsep dasar hukum, maka lahirlah filsafat hukum. Apabila filsafat berhadapan dan memikirkan masalah-masalah hakiki pendidikan, maka lahirlah filsafat pendidikan (Uyoh Sadulloh, 2007:54).
Sumber http://irwansahaja.blogspot.co.id
3) Filsafat nilai atau aksiologi yang membicarakan: hakikat nilai, di mana letak nilai, apakah pada bendanya atau pada perbuatannya atau pada insan yang menilainya; mengapa terjadi perbedaan nilai antara seseorang dengan orang lain, siapakah yang memilih nilai, mengapa perbedaan ruang dan waktu membawa perbedaan penilaian.
Louis O. Kattsoff (1987: 74-82) membagi cabang-cabang filsafat menjadi dua potongan besar, yaitu cabang filsafat yang memuat materi didik wacana alat dan cabang filsafat yang memuat wacana isi atau bahan-bahan dan informasi. Cabang filsafat yang ialah alat ialah Logika, termasuk di dalamnya Metodologi. Sedangkan cabang filsafat yang ialah isi adalah:
Metafisika
Epistemologi
Biologi Kefilsafatan
Psikologi Kefilsafatan
Antropologi Kefilsafatan
Sosiologi Kefilsafatan
Etika
Estetika
Filsafat Agama
1. LOGIKA
Logika membicarakan metode-metode untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat materi tertentu. Kadang-kadang Logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan wacana penarikan kesimpulan. Logika dibagi dalam dua cabang utama, yakni nalar deduktif dan nalar induktif.
Logika deduktif berusaha menemukan aturan-aturan yang sanggup dipergunakan untuk menarikdanunik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat keharusan dari satu premis tertentu atau lebih. Memperoleh kesimpulan yang bersifat keharusan itu yang paling simpel ialah bila didasarkan atas susunan proposisi-proposisi dan akan lebih susah bila yang diperhatikan ialah isi proposisi-proposisi tersebut. Logika yang membicarakan susunan-susunan proposisi dan penyimpulan yang sifat keharusannya berdasarkan atas susunannya, dikenal sebagai nalar deduktif atau nalar formal.
Logika induktif mencoba untuk menarikdanunik kesimpulan tidak dari susunan proposisi-proposisi, melainkan dari sifat-sifat seperangkat materi yang diamati. Logika induktif mencoba untuk bergerak dari suatu perangkat fakta yang diamati secara khusus menuju ke pernyataan yang bersifat umum terkena tiruana fakta yang bercorak demikian, atau dari suatu perangkat akhir tertentu menuju kepada lantaran atau sebab-sebab dari akibat-akibat tersebut.
Bagi nalar deduktif ada suatu perangkat aturan yang sanggup dikatakan hampir-hampir otomatis; bagi nalar induktif tidak ada aturan-aturan yang demikian itu, kecuali hukum-hukum probabilitas. Yang termasuk pertanyaan-pertanyaan terpokok di dalam nalar ialah:
a. Apakah aturan-aturan bagi penyimpulan yang sah?
b. Apakah ukuran-ukurannya bagi hipotesis yang baik?
c. Apakah corak-corak daypikir yang logis itu?
d. Apakah yang mengakibatkan tersusunnya sebuah definisi yang baik.
2. METODOLOGI
Metodologi ialah ilmu pengetahuan wacana metode dan khususnya metode ilmiah. Tampaknya tiruana metode yang berharga dalam menemukan pengetahuan memiliki garis-garis besar umum yang sama. Metodologi membicarakan hal-hal menyerupai sifat observasi, hipotesis, hukum, teori, susunan eksperimen dan sebagainya.
3. METAFISIKA
Metafisika ialah cabang filsafat terkena yang ada. Aristoteles mendefinisikan metafisika sebagai ilmu terkena yang ada sebagai yang ada, yang dilawankan dengan yang ada sebagai yang digerakkan dan yang ada sebagai yang dijumlahkan. Istilah metafisika semenjak usang digunakan di Yunani untuk menunjukkan karya-karya tertentu Aristoteles. Maka, istilah metafisikapun berasal dari bahasa Yunani: meta ta physika yang berarti hal-hal yang terdapat setelah fisika.
Dewasa ini metafisikan dipergunakan baik untuk menunjukkan filsafat pada umumnya maupun untuk menunjukkan cabang filsafat yang mempelajari pertanyaan-pertanyaan terdalam. Metafisika juga sering disamakan artinya dengan ontologi. Sebenarnya, ontologi ialah potongan dari metafisika. Secara sederhana metafisika sanggup didefinisikan sebagai cabang filsafat atau potongan pengetahuan insan yang bersangkutan dengan pertanyaan terkena hakikat ada yang terdalam.
Pada umumnya orang mengajukan dua pertanyaan yang bercorak metafisika, contohnya : (1) Apakah saya ini tidak tidak sama dengan kerikil karang? Apakah roh saya spesialuntuk ialah tanda-tanda materi? (2) Apakah yang ialah asal mula jagad raya? Apakah yang menjadikan sentra jagad raya dan bukannya suatu keadaan yang bercampur aduk? Apakah hakikat ruang dan waktu itu?Pertanyaan jenis pertama termasuk ontologi, pertanyaan kedua termasuk kosmologi. Perkataan ―kosmologi‖ berasal dari perkataan Yunani, cosmos (alam semesta yang teratur) dan logos (penyelidikan perihal, azas-azas rasional dari). Jadi, kosmologi berarti penyelidikan wacana alam semesta yang teratur. Perkataan ontologi berasal dari perkataan Yunani ontos yang berarti yang ada dan logos yang berarti penyelidikan perihal. Jadi, ontologi diartikan sebagai penyelidikan wacana yang ada. Ontologi berusaha untuk mengetahui esensi yang terdalam dari yang ada, sedangkan kosmologi berusaha untuk mengetahui ketertibannya serta susunannya. misal pandangan ontologis ialah materialisme. Materialisme ialah aliran ontologi yang menyampaikan bahwa yang ada yang terdalam bersifat material. Evolusi sebagai teori kefilsafatan ialah teori kosmologi, lantaran teori ini memdiberitahukan kepada kita bagaimana timbulmya ketertiban yang ada sekarang. Apakah kenyataan itu mengandung tujuan atau bersifat mekanis (artinya, bersifat teleologis atau tidak) ialah suatu pertanyaan penting di bidang ontologi.
4. EPISTEMOLOGI
Menurut Kattsoff, epistemologi ialah cabang filsafat yang memeriksa asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan. Pertanyaan yang fundamental ialah: Apakah mengetahui itu? Apakah yang ialah asal mula pengetahuan kita? Bagaimanakah cara kita membedakan antara pengetahuan dengan pendapat? Apakah yang ialah bentuk pengetahuan itu? Corak-corak pengetahuan apakah yang ada? Bagaimanakah cara kita memperoleh pengetahuan? Apakah kebenaran dan kesesatan itu? Apakah kesalahan itu?
5. BIOLOGI KEFILSAFATAN
Biologi kefilsafatan membicarakan persoalan-persoalan terkena biologi, menganalisa pengertian hakiki dalam biologi. Ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkena pengertian hidup, adaptasi, teleologi, evolusi dan penurunan sifat-sifat. Biologi kefilsafatan juga membicarakan wacana daerah hidup dalam rangka segala sesuatu, dan arti pentingnya hidup bagi penafsiran kita wacana alam semesta daerah kita hidup.
Seorang filsuf sanggup menghubungkan bahan-bahan yang ditemukan oleh ilmuwan biologi dengan teori-teori yang dikemukakan untuk menandakan bahan-bahan tersebut. Ia sanggup menolong spesialis biologi untuk bersifat kritis, bukan spesialuntuk terhadap istilah-istilahnya, melainkan juga terhadap metode-metode dan teori-teorinya.
6. PSIKOLOGI KEFILSAFATAN
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam bidang psikologi kefilsafatan adalah: Apakah yang dinamakan jiwa itu? Apakah jiwa tiada lain dari kumpulan jalur urat-urat syaraf, ataukah sesuatu yang bersifat khas? Apakah kita harus mengadakan pembedaan antara jiwa (mind) dengan nyawa (soul)? Apakah kekerabatan antara jiwa dan tubuh, bila kedua hal itu dianggap tidak sama? Apakah yang dimaksud dengan ―ego‖? Apakah yang ialah kemampuan-kemampuan yang mengakibatkan ego itu berfungsi? Bagaimanakah susunan jiwa itu? Bagaimana halnya dengan perasaan dan kehendak? Apakah keduanya ialah potongan dari jiwa ataukah ialah kemampuan yang terpisah? Apakah kebijaksanaan itu dan bagaimana hubungannya dengan tubuh?
Demikianlah di dalam lapangan psikologi, seorang filsuf mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat hakiki. Dan apa yang pada suatu dikala dulu tiruananya ialah potongan filsafatm dibagi dalam dua lapangan psikologi, yaitu psikologi sebagai ilmu dan psikologi kefilsafatan. Kedua hal ini tidak pernah terpisah, melainkan spesialuntuk segi-segi yang tidak sama dari masalah yang sama.
7. ANTROPOLOGI KEFILSAFATAN
Antropologi kefilsafatan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan wacana manusia. Dimulai semenjak kurun kelima sebelum Masehi, setelah melalui penyelidikan yang lama, Socrates tampil ke depat dengan semboyannya: "Kenalilah dirimu sendiri!". Artinya, filsafat tidak cukup spesialuntuk membicarakan wacana alam saja, tetapi yang tak-kalah penting ialah bertanya dan menjawaban pertanyaan-pertanyaan wacana insan itu sendiri. Apakah hakikat terdalam insan itu ? Ada pilihan penafsiran apa sajakah terkena hakikat manusia? Yang manakah yang lebih mendekati kebenaran?
Antropologi kefilsafatan juga membicarakan wacana makna sejarah insan dan arah kecenderungan sejarah. Sejarah juga dikaji dalam hubungannya dengan ilmu-ilmu alam, atau dengan nafsu-nafsu atau doktrin keagamaan, atau usaha untuk kelangsungan hidup. Telah banyak klarifikasi yang didiberikan terkena hal ini.
8. SOSIOLOGI KEFILSAFATAN
Sosiologi kefilsafatan ialah istilah lain untuk filsafat sosial dan filsafat politik. Di dalam filsafat sosial dan filsafat politik, biasanya dikemukakan pertanyaan-pertanyaan terkena hakikat masyarakat dan hakikat negara, lembaga-lembaga yang terdapat di masyarakat dan kekerabatan insan dengan negaranya. Jadi, kita mengadakan perenungan masalah sosiologi dan ilmu politik. Perenungan filsafati mengadakan pertanyaan-pertanyaan: Bagaimanakah praanggapan kedua ilmu tersebut terkena metode-metode yang digunakan? Apa makna hakiki dari istilah-istilah yang digunakan? Masalah-masalah ideologi juga dipertanyakan. Misalnya, ideologi manakah yang lebih sanggup diterima di masa depan dan ideologi manakah yang sanggup menjadikan malapetaka?
9. ETIKA
Di dalam melaksanakan pilihan, insan mengacu kepada istilah-istilah menyerupai baik, buruk, kebajikan, kejahatan dan sebagainya. Istilah-istilah ini ialah predikat-predikat kesusilaan (etik). Cabang filsafat yang mengulas masalah ini ialah etika. Dalam kondisi yang bagaimanakah kita mengadakan tanggapan-tanggapan kesusilaan? Ukuran-ukuran apakah yang digunakan untuk menguji tanggapan-tanggapan kesusilaan?
Tujuan pokok etika ialah menemukan norma-norma untuk hidup dengan baik. Berkaitan dengan itu muncul pertanyaan-pertanyaan: Apakah yang mengakibatkan suatu perbuatan yang baik itu ialah baik secara etik? Bagaimanakah cara kita melaksanakan pilihan di antara hal-hal yang baik? Itulah beberapa pola pertanyaan di dalam penyelidikan etika.
10. ESTETIKA
Dua istilah pokok sudah digunakan di dalam kajian filsafat, yakni "kebenaran" dan "kebaikan". Kebenaran ialah tujuan yang hendak dicapai dalam pembicaraan kita wacana epistemologi dan metodologi. Kebaikan ialah masalah yang diselidiki dalam etika. Pada hal-hal ini kita menambahkan unsur ketiga dari ketritunggalan besar yang mendasari tiruana peradaban, yakni "keindahan". Cabang filsafat yang membicarakan definisi, susunan dan peranan keindahan, khususnya di dalam seni, dinamakan estetika.
Pertanyaan-pertanyaan filsafati di dalam perbincangan estetika adalah: Apakah keindahan itu? Apa kekerabatan antara yang indah dengan yang benar dan yang baik? Apakah ada ukuran yang sanggup digunakan untuk menanggapi suatu karya seni dalama rti yang adil? Apakah fungsi keindahan dalam hidup kita? Apakah seni itu ? Apakah seni spesialuntuk sekedar reproduksi alam kodrat belaka, ataukah suatu ungkapan perasaaan seseorang, ataukah suatu penglihatan ke dalam kenyataan yang terdalam?
11. FILASAFAT AGAMA
Jika kita ingin mengetahui sesuatu di dalam kepercayaan agama tertentu, maka tanyalah kepada para hebat agama atau ulama-ulamanya. Sedangkan bagi seorang filsuf, ia akan membicarakan jenis-jenis pertanyaan yang tidak sama terkena agama. Pertama-tama ia mungkin akan bertanya: Apakah agama itu? Apakah yang dimaksud dengan istilah ―Tuhan‖ itu? Apakah bukti-bukti wacana adanya Tuhan itu sehat berdasarkan logika? Bagaimanakah cara kita mengetahui Tuhan? Apakah makna ―eksistensi‖ bila istilah ini dipergunakan dalam hubungannya dengan Tuhan?
Filsafat agama tidak berkepentingan dengan apa yang orang percayai. Tetapi kepada makna istilah-istilah yang dipergunakan, keruntutan di antara kepercayaan-kepercayaan, bahan-bahan bukti bagi kepercayaan, dan kekerabatan antara kepercayaan agama dengan kepercayaan-kepercayaan yang lain. Yang erat hubungannya dengan kepercayaan agama ialah kepercayaan terkena keawetan hidup. Meskipun masalah ini tidak monopoli milik agama, tetapi ialah masalah terpenting bagi penganut-penganutnya.
Demikianlah pembahasan cabang-cabang filsafat sebagaimana dikemukakan oleh Louis O. Kattsoff. Tetapi, di samping cabang-cabang yang sudah diuraikan tersebut, bahu-membahu masih banyak cabang-cabang filsafat yang berkaitan dengan hal-hal khusus, disebut sebagai cabang filsafat khusus.
Kattsoff spesialuntuk membicarakan empat cabang filsafat khusus, yaitu antropologi kefilsafatan, biologi kefilsafatan, psikologi kefilsafatan dan filsafat agama.
Sebenarnya, ada banyak lagi cabang filsafat yang berkaitan dengan ilmu lain. Apabila filsafat berpaling perhatiannya pada sains, maka akan lahir filsafat sains. Apabila filsafat menguji konsep dasar hukum, maka lahirlah filsafat hukum. Apabila filsafat berhadapan dan memikirkan masalah-masalah hakiki pendidikan, maka lahirlah filsafat pendidikan (Uyoh Sadulloh, 2007:54).